Eksistensi manusia diperhadapkan dengan berbagai bidang kehidupan, menuntutnya untuk menekuni profesi-profesi hidup. Di sini profesi dimengerti sebagai pekerjaan yang secara permanen dilakukan.Â
Dari pemahaman ini, sekiranya dapat kita pahami berbagai profesi; sebagai seorang ayah atau seorang ibu, seorang politikus atau seorang wirausaha, seorang petani atau seorang pegawai, seorang mahasiswa atau seorang pekerja, dst. Secara misioner, profesi hidup dimengerti sebagai panggilan hidup setiap orang.Â
Sebutan panggilan hidup menunjuk pada keseluruhan orientasi hidup. Untuk itu, menghayati panggilan berarti menjalankan hidup dengan pengabdian diri secara total.Â
Di sini, panggilan setiap orang dihayati dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dirinya. Walaupun atas cara yang berbeda, jaminan atas kuatnya penghayatan dan realisasi panggilan hidup adalah kesetiaan.
Kesetiaan panggilan diuji dalam kebersamaan dengan yang lain. Secara eksistensial, kesetiaan seseorang teruji ketika berhadapan dengan yang lain, yang seringkali hadir dalam bentuk tantangan sekaligus dukungan.Â
Yang lain ini menunjuk pada fakta keberagaman. Yang lain semakin dimengerti dalam keberagaman. Semakin beragam semakin lain. Oleh karena itu, panggilan selain bersifat personal juga berdimensi sosial dimana seseorang dipanggil untuk menjadi diri sendiri dan mengungkapkan diri di antara yang lain. Dimensi sosial panggilan ini berakar dari kodrat manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial.Â
Sosialitas Melahirkan Pluralisme
Manusia sebagai makhluk sosial ia tidak hidup sendiri. Dari kodratnya, manusia selalu ada bersama. Sosialitas melekat dalam eksistensi manusia. Sosialitas adalah keharusan dari tuntutan pokok bagi manusia. Memahami hakekat sosialitas kita dapat mengikuti pemikiran filsuf eksistensialis modern, Martin Heidegger.Â
Baginya, eksistensi mendasar manusia adalah ada bersama. Kehidupan manusia merupakan perpaduan antara manusia dengan manusia yang lainnya. Berada bersama dengan pribadi-pribadi lain adalah kodrat manusia.Â
Berada bersama itu terberi sejak awal dan terus melekat dalam diri manusia jika ia mau bereksistensi. Sehingga kebersamaan adalah dunia manusia yang nyata dimana di dalamnya setiap individu mengambil bagian dalam kehidupan orang lain. Orang yang terus hidup sendiri cenderung jatuh dalam lamunan yang tak nyata atau ilusi.
Heidegger menggunakan term autentisitas untuk mengungkapkan keterbukaan dan penyerahan diri sebagai unsur-unsur yang menandai kebersamaan manusia.Â