Generasi millenial kini menjadi trending topic dalam hajatan media sosial entah media cetak maupun media online. Term milenial merujuk pada jangka waktu antara tahun 1980-an s/d 2000-an. Orang-orang yang lahir dalam jangka waktu ini mereka disebut sebagai generasi milenial atau generasi Y. Â
Generasi milenial beriringan dengan berkembangnya teknologi modern memudahkan akses dalam berbagai bidang entah politik, sosio-ekonomi, religio-kultural maupun  bidang lainnya.
Di sini perkembangan teknologi modern ibarat dua sisi pada mata uang yang sama. Sisi positif berupa hajatan berbagai informasi yang menyokong perkembangan sementara sisi negatif justru melemahkan sikap kritis dan prioritas nilai generasi milenial.Â
Kenyataan menunjukkan begitu banyak kebiasaan generasi milenial yang lebih suka terhasut berbagai isu hoax dalam hajatan media sosial entah Facebook, WhatsApp, Twitter dan lainnya.
Di tengah berkembangnya opini publik tentang generasi milenial, adapun situasi khusus yang perlu diwaspadai oleh generasi milenial menjelang tahun politik yakni tahun 2018-2019.
Menjelang suksesi kepemimpinan mulai dari level lokal, regional hingga nasional, analisis pemetaan pemilih atau simpatisan politik menunjuk kuat pada dominannya jumlah pemilih yang berasal dari generasi milenial. Di sini generasi milenial perlu waspada serentak kritis untuk menentukan pemimpin yang tepat.
Patut dicamkan bahwa, memilih pemimpin tidak seperti hajatan euforia media sosial. Memilih merupakan tindakan demokratis karena itu prasyaratnya adalah bersikap kritis. Di sini, bersikap kritis dalam memilih merupakan bentuk pertanggungjawaban intelektual karena itu patut dipedomani oleh generasi milenial di tengah marak dan menariknya euforia isu dalam berbagai bidang kehidupan.
Menjelang suksesi kepemimpinan khususnya suksesi kepemimpinan eksekutif nasional, kita memiliki dua pasang capres-cawapres yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Terhadap dua paket ini, sebagai generasi milenial, kita perlu memahami tipologi pemilih. Ada pemilih rational, tradisional dan transaksional. Tak dapat dipungkiri bahwa tiga tipologi pemilih ini akan tetap ada mengingat beragamnya warga Negara Indonesia dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Sebagai Generasi milenial kita adalah masyarakat pemilih rational. Hanya dengan ratio kita dapat menguak atau membongkar tabir kegelapan dalam bentuk solidnya isu SARA menjelang pilpres 2019.
Di sini, generasi milenial tidak perlu terkecoh dengan berbagai pencitraan penampilan, asumsi muda usia dan gencarnya persekusi yang begitu lancar dan mudah dimainkan sebagai sebuah fakta degradasi demokrasi menjelang pilpres 2019.