Suatu kebanggaan besar ketika sekomunitas dengan seorang Uskup yang kaya pengalaman. Tulisan ini saya persembahkan untuk mengenang kebersamaan selama dua tahun menjalankan masa praktek pastoral di SMK Katolik St. Pius X Insana-Kefamenanu.
A. Hikayat hidup
Nama             : Anton Pain Ratu
Tempat/Lahir    : Lamawolo, 02 Januari 1929
Paroki Tanah Boleng, Keuskupan Larantuka, Flores
Tahun 1936-1939 : SR di Tanah Boleng dan 1940-1942 di Larantuka.
Tahun 1942-1950 : Seminari SMP dan SMA di Mataloko-Bajawa.
Tahun 1950-1958 : Seminari Tinggi di Ledalero-Maumere.
Tanggal 15/08/1957 : mengikrarkan kaul kekal.
Bulan Juni 1966-Desember 1967 : Kursus bahasa Jerman, Penyegaran Rohani dan Teologi.
Tanggal 02/09/1967-20/10/1967 : Mengikuti kursus bahasa Inggris di Liverpool.
Bulan Februari 1968-Mei 1970 : Kuliah di EAPI (East Asian Pastoral Institute) pada Universitas Ateneo de Manila sampai meraih gelar BA dalam bidang Antropolgi dan MA dalam bidang Katekese Pastoral (Religious Education).
C. Tahbisan-Tahbisan
Tahbisan Diakon   : Tahun 1957
Tahbisan Imam         :
Tanggal 15/01/1958 : Ditahbiskan menjadi Imam di Nita-Maumere oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD, dengan motto tahbisan  "Ecce Venio."  "Ecce Venio"  : Sungguh Aku datang (Ibr. 10:7); untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku. Atau Tuhan, ini Aku. Selanjutnya dapat dikatakan "Aku datang untuk mentaati kehendak-Mu."
Tahbisan Uskup :
Tanggal 21-09-1982 : Ditahbiskan menjadi Uskup oleh Mgr. Theodorus van den Tillaart (Uskup Atambua), dengan motto "Maranata" (1Kor. 16:2). Seturut bahasa Alkitab: "Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata (lh. Alkitab)! Bahasa Jerusalem Bible : "Jika seorang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia! "Maranatha : terkutuklah (kata Aramaic)". Bisa jug aberarti lain sebagai berikut : " Maranatha" : Tuhan tengah datang. Bisa juga dibaca sebagai berikut : Marana tha : Tuhan datanglah!
Beliau memilih motto ini dengan pemikiran dan keyakinan, "Kehadiran dan penyertaan Tuhan, Yang Hidup, akan selalu dibutuhkan, supaya beliau mampu melaksanakan kehendak-Nya." Mula-mula bertugas sebagai Uskup Pembantu pada Uskup Atambua. Sebagai Uskup Pembantu, beliau ditugaskan memimpin Sekretariat Pastoral Keuskupan Atambua.
Tanggal 03/02/1984-21/09/2007 : Memangku jabatan Uskup Keuskupan Atambua.
D. Pengalaman Kerja
Bulan Juni 1958-Juni 1959 belajar berpastoral di Paroki Nita-Maumere.
Bulan Agustus 1959-Juni 1966 pastoral parokial di Paroki Eban, Oeolo, Haumeni.
Tahun 1960/1963-1966 : Anggota DPR GR Kabupaten TTU.
Tanggal 19/09/1966-29/10/1966 : Sidang Tim Revisi Konstitusi SVD di Nemi.
Tanggal 08/11/1967-22/01/1968 : Sidang Kapitel Jenderal di Nemi (dekat Roma)
Bulan Juni 1970-April 1972 : Pastor Paroki Oeolo, Anggota DPRD Kabupaten TTU, Pengurus Yasukti Cabang TTU, Pengajar di SPG dan PGA.
Tanggal 08/09/1971 : Ketua Tim Pastoral 3-BER (Berpendidikan, Berpengaruh, Berkedudukan). Suatu pastoral akar rumput, pola proses dengan metode induktif serta pendekatan antropologis. Setelah terpilih dan ditahbiskan menjadi Uskup untuk Keuskupan Atambua, beliau terus melanjutkan khalwat 3-BER ini. Karena gencarnya pelaksanaan khalwat 3-BER ini, beliau dijuluki sebagai "Uskup Topi Merah, Uskup Rakyat Kecil dan Uskup Sendal Jepit dan kemudian menjadi Uskup Pengungsi."Â
Bulan April 1972-Oktober 1979 : Regional/Provinsial SVD Timor, Ketua Yaperna Kabupaten TTU.
Bulan Oktober 1979-Mei 1982 : Anggota Dewan Pimpinan Umum SVD (Dewan Jenderal), berdomisili di Roma.
.
Tanggal 01/02/2005 : Resmi mendirikan Tarekat Religius Putri Maranata.Spiritualitas yang dihidupi adalah refleksi yang mendalam atas Motto Tahbisan Imam yakni "Ecce Venio : Sungguh Aku Datang, untuk melakukan kehendakMu (Ibrani, 10:7)" dan Motto Tahbisan Uskup yakni "Maranata : Tuhan Datanglah." Beliau yakin bahwa dirinya terpanggil karena Tuhan sungguh hadir dan menyerta perjalanan panggilannya. Salah spiritualitas yang dihidupi beliau adalah Spiritualitas Simon dari Kirene. Beliau sering mengatakan, "cukup saja memikul beban sesuai dengan kemampuan, lebih dari itu serahkanlah pada Yesus yang menanggungnya. Seperti Simon dari Kirene hanya mampu membantu memikul Salib Yesus sesuai dengan kemampuannya.
Sejak 21 September 2007, sebagai Uskup Emeritus Keuskupan Atambua, berdomisili di Pastoran SMK St. Pius X Insana di Bitauni hingga sekarang Oktober 2015.
E. Julukan-Julukan
Uskup Topi Merah atau Peci Merah : Ada sebuah peci merah yang selalu saja dipakai. Begitu akrabnya beliau dengan umat Keuskupan Atambua yang selalu mengenakan peci merah ketika melakukan kunjungan-kunjungan kegembalaan, akhirnya beliau dijuluki sebagai Uskup Topi Merah. Terdapat beberapa kasus kericuhan yang serius di Keuskupan Atambua, dalam waktu singkat, segala persoalan itu menjadi tenang karena "Topi Merah turun tangan".
Uskup Rakyat Kecil : Sebagai Uskup, dalam menjalankan khalwat 3-BER, beliau mendekatkan diri dengan rakyat kecil, membantu mereka untuk menyadari persoalan mereka dan kemudian membantu mereka untuk menemukan solusi sendiri. Selama Khalwat 3-BER, beliau duduk bersama rakyat kecil bahkan di tanah. Mungkin karena di tanah lebih banyak "orang kecil" daripada di atas panggung lebih sedikit "orang kecil."
Uskup Sendal Jepit : Menunjukkan kesederhanaan beliau. Kesederhanaan dihayati dengan sungguh-sungguh agar dengan itu hanya memliki Kristus sebagai satu-satunya kekayaan istimewah.
Uskup Pengungsi : Memberi perhatian dengan semangat solidaritas Kristus serta dengan rasa empati kemanusiaan memperjuangkan nasib para pengungsi entah secara ekonomis maupun secara sosial.
F. Sekilas tentang khalwat 3-BER
(suatu skema)
Prinsip-Prinsip 3-BER
Tujuan
Metode
Tahap-Tahap
Peserta
Dampak 3-BER
ad.1Â Prinsip-Prinsip 3-BERÂ
Manusia bermartabat   - yang diciptakan Allah   Â
yang diselamatkan Yesus Kristus
yang dibimbing oleh Roh Kudus dalam Gereja
yang hidup dalam alam budaya setempat
berusaha menyempurnakan diri, sesama dan alam sekitar.
ad.2 Tujuan
Supaya manusia membangun diri-pribadi secara Kristiani, sesama dan alam sekitar menjadi lebih Kristiani.
ad. 3Â Metode-Metode
Kita sadari diri
Kita temukan diri
Kita menilai diri                     - dalam doa pribadi-bersama
Kita membuat rencana untuk diri       - tukar pengalaman
Kita mengembangkan diri
Â
ad.4Â Tahap-tahap : Tema Umum "Membangun Manusia Pembangun."
Tahap I Â Â Â Â Â : Pribadi manusia disadari dari segi : Â Â - Teologi
Kitab Suci
Filsafat
Adat Istiadat
Tahap II Â Â Â Â Â : Pribadi yang bertanggung jawab
Tahap III Â Â Â Â : Pribadi yang berdisiplin
Tahap IV Â Â Â Â : Pribadi yang berintrospeksi
Tahap V Â Â Â Â Â Â Â Â Â : Pribadi yang beraksi
Â
Tahap-tahap ini berkaitan erat antara satu sama lain, sehingga tiap tahap dibicarakan sendiri-sendiri selalu dalam kaitan dengan keseluruhan.
ad.5Â Peserta :Â
Diharapkan peserta 3-BER terdiri dari semua unsur masyarakat yang mempunyai BER khusus. Termasuk juga ibu-ibu.
ad. 6Â Dampak 3-BER
Dampak atau pengaruh 3-BER ada positif dan negatif :
Positif : Â Â + a. Mental berubah, lebih berani, kritis, dan mulai ada inisiatif.
     + b. Sikap berubah, lebih terbuka.
     + c. Tindakan berubah : lebih disiplin.
     + d. Kata-kata lebih teratur dan ada arti.
Negatif : Ada perpecahan antara yang mau maju dengan yang mau tetap dengan keadaan yang ada.
Contoh 2 : Eban, tahap V, tanggal 19-24 Februari 1983, hadir 315 orang, belasan wanita. Mereka tetap pertahankan tekad-tekad 3-BER 28 Juli-1 Agustus 1974.
Khalwat 3-BER merupakan Suatu pastoral akar rumput, pola proses dengan metode induktif serta pendekatan antropologis.
Kebiasaan-kebiasaan yang unik dan istimewah
Beliau sangat tertib, rapih dalam kearsipan dokumen-dokumen entah dokumen Gereja maupun dokumen pribadi.
Khotbah-khotbah, sejak menjadi Imam Tuhan, ditulis tangan dalam buku agenda pertahun hingga sekarang.
Sambutan-sambutan yang pernah dibawakan secara khusus selama menjabat sebagai Uskup Atambua, diarsipkan dengan aman hingga sekarang.
Agenda harian khususnya peristiwa-peristiwa penting tersusun rapih pertahun dari tahun 1958-2015.
Beliau dapat berbahasa Belanda, Inggris, Jerman, Latin, Indonesia dan juga beberapa bahasa daerah misalnya bahasa Lamaholot dan bahasa dawan.
Ingatan masih sangat kuat. Rajin berolahraga tepat waktu. Pola hidup teratur : Pola makan, pola tidur, pola olahraga. Istirahat entah siang dan malam tepat pada waktunya. Beliau adalah tipe orang praksis. Tidak hanya sekedar berteori tetapi yang utamanya adalah praktek atau kesaksian hidup melalui sikap dan karya. Beliau adalah orang yang komitmen dan pasti. Hal-hal yang diraih-raih atau menceritakan sesuatu yang dikarang-karang biasanya akan langsung ditegur oleh beliau. Beliau hobby menonton bola kaki. Hidup rohani entah doa pribadi-doa komunitas serta perayaan ekaristi dilakukan dengan intens dan sangat tekun.
Dengan khalwat 3-BER, beliau berjuang untuk memusnahkan pola hidup rangkap orang-orang Timor (dualisme iman).
Beliau juga sangat gencar menentang sistem budaya-adat yang terlalu menindas, khususnya melalui beban-beban adat yang mesti dipenuhi lebih daripada perhatian terhadap peningkatan hidup sejahtera entah dalam praktek beriman maupun dalam bidang ekonomi, pendidikan dan lain-lain.
Kelakar-kelakar yang sering kali disampaikan dengan gaya agak lelucon tetapi bermaksud menyampaikan adanya suatu ketidakberesan yang mestinya membutuhkan perubahan.
Beliau melalui khotbah-khotbah serta komentar-komentar selalu menegaskan tentang pentingnya mengubah pola pikir dari budaya gelar menuju budaya prestasi. Dari budaya gengsi demi status menuju pada budaya sadar diri demi prestasi.
Â
Penulis adalah Fr. Yudel Neno, calon imam Keuskupan Atambua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H