Hannah Arendt, lahir di Hanover, Jerman, tahun 1906, adalah salah satu pemikir paling berpengaruh pada abad ke-20. Meskipun kerap dianggap sebagai filosof politik, Arendt sendiri lebih suka disebut sebagai ahli teori politik. Penolakannya terhadap label filosof politik didasari kritiknya terhadap tradisi filsafat Barat, khususnya terhadap Plato, yang dianggapnya mengabaikan kondisi mendasar dari pluralitas manusia. Melalui wawancaranya dengan jurnalis Jerman Gunter Gaus pada tahun 1964, Arendt menegaskan bahwa pemikirannya lebih merupakan refleksi dari hidup dan pengalamannya dalam konteks dunia politik yang ia jalani.
Pemikiran Arendt termasuk dalam tradisi filsafat kontinental, yang dipengaruhi oleh fenomenologi, hermeneutika, dan eksistensialisme. Melalui pertemuannya dengan pemikir seperti Heidegger, Nietzsche, Kierkegaard, Jaspers, dan Camus, Arendt mengembangkan pandangan unik tentang eksistensi manusia. Ia berusaha menyelamatkan eksistensi manusia dari batasan waktu melalui konsep Heideggerian tentang keberadaan.
Arendt dikenal sebagai pemikir yang imajinatif dan independen, sering kali membuat distingsi tidak konvensional antara konsep-konsep seperti dunia dan bumi, privat dan publik. Ia menyebut pendekatannya sebagai "thinking without barriers" (berpikir tanpa batasan), yang mencerminkan ketidak-sistematisan filsafatnya. Ia tidak mengikuti teori besar tertentu tetapi lebih berfokus pada refleksi personal dan pengalaman hidupnya.
Arendt memperkenalkan dua konsep penting dalam memahami keberadaan manusia: vita contemplativa (kehidupan kontemplatif) dan vita activa (kehidupan aktif). Dalam karyanya "The Human Condition" (1958), Arendt menekankan kapasitas manusia untuk bertindak sebagai aktivitas tertinggi dalam vita activa. Vita activa mencakup tiga aktivitas manusia: labor (kerja), work (karya), dan action (tindakan).
Labor (Kerja): Labor diartikan sebagai kerja. Kerja merupakan aktivitas alamiah yang sesuai dengan proses biologis manusia. Aktivitas ini diperlukan untuk pemeliharaan eksistensi manusia. Singkatnya, kondisi keberadaan manusia dalam aktivitas ini adalah hidup itu sendiri. Kerja tidak pernah punya akhir karena sifatnya selalu repetitif atau dilakukan secara berulang untuk memenuhi kebutuhan manusia.Â
Upaya manusia dalam aktivitas ini adalah berhubungan dengan konsumsi dan produksi, karenanya harus terus diperbaharui untuk mempertahankan eksistensi manusia. Arendt menyebut aktivitas kerja sebagai animal laboran atau binatang yang bekerja. Dalam tradisi masyarakat Yunani kuno misalnya, kerja dipandang sebagai aktivitas budak.Â
Manusia sebagai pekerja adalah setara dengan budak, artinya bahwa manusia sebagai budak harus memenuhi kebutuhannya. Dalam aktivitas ini tidak ada kebebasan karena kebutuhan yang bersifat instruktif. Manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Work (Karya): Work diartikan sebagai karya. Jika labor adalah aktivitas alamiah manusia maka berbeda dengan work atau karya, karya bagi arendt adalah aktivitas yang berkorespondensi dengan ketidakalamian eksistensi manusia.Â
Karya berhubungan dengan teknik dan poieses (membuat) yang bersifat artifisial. Aktivitas ini disebut Arendt sebagai homo faber, yang berarti manusia yang membuat atau membangun (fisik maupun budaya) yang memisahkan manusia dari alam, gunanya adalah untuk menjaga kestabilan ruang (dunia bersama) di mana manusia dapat berkembang. Misalnya, arsitek, pengrajin, seniman, pembuat hukum, kelembagaan, dsb. Singkatnya, kondisi keberadaan manusia adalah yang bersifat keduniawian atau worldlineness.