Di sawah yang luas, di bawah langit terbentang, Petani menjalankan tugas, bekerja tangan. Suara gemuruh alat pertanian, melodi lembut, Menari di antara rumpun padi, rahasia terpendam.
Dengan matahari sebagai saksi, di pagi hari yang terbuka, Petani menyanyikan lagu pertanian, riang dan tulus. Mereka menanam harapan di setiap tanah subur, Suara tanah dan bibit, menyatu dalam harmoni alam.
Di musim kemarau, suara kerja keras tak kenal lelah, Petani menggenggam cangkul, menembus tanah yang kering. Mereka berbicara dengan sinar matahari yang menyengat, Suara kerikil di bawah sepatu, dan nyanyian perjuangan.
Tatkala hujan turun, tanah menjadi lembut, Petani mengelus daun hijau, tersenyum di pelukan air. Suara gemercik hujan, menari rasa syukur, Mereka mengukir harapan, seperti senyum sang petani.
Petani adalah penyiaran di ladang yang subur, Suara sapuan angin, menyapa telinga hati mereka. Mereka merangkai umpan-umpan cinta, di bawah langit biru, Suara ladang, puisi abadi yang diceritakan oleh alam.
Dalam senja yang merayap, petani pulang ke rumah, Suara langkah mereka, mengukir jejak di tanah. Mereka membawa beban hidup dengan gagah berani, Suara petani, simfoni kehidupan yang mengharukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H