Dalam ketenangan senja, amplop putih terbuka, Simbol harapan terlipat rapi, di tangkai demokrasi. Surat-surat suara bertanya, bisik-bisik tanda tanya, Sebuah pesta rakyat, di jalan pilihan terbuka.
Di atas meja, di antara tumpukan mimpi, Amplop putih menyimpan cerita setiap warga. Tinta hitam membatasi, namun tak mengekang, Pilihan bijak mempersempit, takdir yang berkobar.
Jelang pemilu, amplop putih menyibak sejarah, Merangkum aspirasi, menyatu dalam kesetaraan. Di dalamnya, suara-suara merdu berdansa, Menyuarakan hak, dalam sorot mata harapan.
Keputusan tergenggam, rapat dalam amplop, Sebuah titik kritis dalam perjalanan demokrasi. Amplop putih, Saksi bisu pertaruhan masa depan, Tersimpan dengan cermat, di hati setiap pemilih.
Namun, jangan biarkan beban berat amplop putih, Tidak hanya selembar kertas, tetapi amanah suci. Mimpi dan harapan, terkunci di setiap lipatan, Pemilu bukan akhir, melainkan awal perubahan.
Jelang pemilu, di bawah cahaya bulan yang berseri, Amplop putih mengajak kita merenungkan makna. Bukan sekadar lembaran, tetapi kekuatan rakyat, dalam pilihan yang bijak, kita bersama mengukur takdir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H