Mohon tunggu...
Politik

Kekuasaan, Amanah atau Arogansi?

25 September 2016   15:47 Diperbarui: 25 September 2016   17:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Halo sobat kompasiana, kembali lagi di artikel saya yang sederhana ini. Kali ini saya ingin membahas tentang kekuasaan. Sebenarnya, artikel ini sudah lama saya buat tetapi ada sedikit kendala dalam memposting artikel saya. Baiklah langsung saja kita ke topik.

Membicarakan tentang kekuasaan, apasih kekuasaan itu???. Kekuasaan ialah suatu hak atau wewenang yang diberikan kepada seseorang atau suatu kelompok yang dinilai sudah siap memegang suatu amanah. Akan tetapi, kewenangan tersebut tidak boleh dijalankan melebihi dari tanggung jawab yang telah diembankan.

Saya mengutip sedikit makna kekuasaan menurut Montesquieu yaitu :“Dalam tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan: kekuasaan legislatif; kekuasaan eksekutif, mengenai hal-hal yang berkenan dengan dengan hukum antara bangsa; dan kekuasan yudikatif yang mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipil. Dengan kekuasaan pertama, penguasa atau magistrat mengeluarkan hukum yang telah dikeluarkan. Dengan kekuasaan kedua, ia membuat damai atau perang, mengutus atau menerima duta, menetapkan keamanan umum dan mempersiapkan untuk melawan invasi. Dengan kekuasaan ketiga, ia menghukum penjahat, atau memutuskan pertikaian antar individu-individu. Yang akhir ini kita sebut kekuasaan yudikatif, yang lain kekuasaan eksekutif negara.

Dari penjelasan dan makna kekuasaan tadi, saya menemukan sebuah sudut pandang mengenai kekuasaan. Ada dua kategori dalam sudut tersebut yang pertama sudut pandang kekuasaan bersifat positif. Maksudnya adalah kemapuan yang diberikan oleh tuhan kepada setiap individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, dan juga dapat mengubah dan mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok tanpa paksaan baik fisik maupun mental. Dan yang kedua adalah sudut pandang kekuasaan bersifat negatif. Dan apapula maksud dari kata tersebut???. Maksudnya ialah kekuasaan yang bersifat arogansi, egois dan apatis dalam mempengaruhi yang lain untuk melakukan tindakan yang diinginkan.

Dari penjelasan mengenai kekuasaan tadi, apakah para terpilih yang diemban amanah untuk mewakili rakyat Indonesia sudah menjalankannya sesuai dari penjelasan saya tadi???. Jawabannya adalah…, BELUM SEMUANYA. Mengapa, mengapa dan mengapa saya berkata demikian???. menurut opini pribadi. Ada tikus yang memanfaatkan situasi dan kondisi tersebut contohnya, dari berita online yang saya baca berjudul “ICW : Irman Perdagangkan Kekuasaan” saya kutip sedikit ” Indonesia Corruption Watch (ICW) menganggap tindakan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman menerima suap dari bos CV Semesta Berjaya Xaveriandy Sutanto sebagai memperdagangkan kekuasaan. Modus itu biasa digunakan pejabat mengeluarkan katebelecenya untuk kepentingan pribadi. Kemarin (18/9), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) langsung menggeledah sejumlah tempat di Padang, Sumatera Barat. Salah satu tempat yang disasar lembaga antirasuah itu adalah kediaman pribadi Xaveriandy Sutanto.”. Oknum yang melakukan tindakan tercela tersebut merupakan sample dari kategori sudut pandang kekuasaan bersifat negatif. Karena , demi meraup keuntungan yang banyak oknum tersebut rela memperdagangkan kekuasaannya.

Ya, sangat ironis sekali ada “oknum” seperti itu dalam instasi pemerintahan Indonesia dimana “oknum” tersebut sudah diberikan amanah untuk mewakili rakyat Indonesia, bukannya mensejahterkan malah membuat rugi rakyat saja. Kalau terus-menerus begini bagaimana nasib bangsa ini kedepannya kelak???.

Kesimpulan dari penjelasan tadi ialah, "Don’t judge book from the cover". Ya, istilah tersebut memang tepat untuk kondisi kita saat ini. Menilai kepribadian seseorang dari luarnya saja sangatlah tak penting, tapi lihatlah dari kesungguhan dan keteguhannya juga dalam mengembankan suatu amanah dan yang kedua pilihlah orang yang menurut kita pantas untuk diberikan hak wewenang tersebut. Dan jangan memilih orang yang bertujuan memenuhi kepentingan pribadi atau kelompok 

Saran saya ialah budayakan lah prinsip “MALU”dan“JUJUR”pada diri individu masing-masing agar tindak penyalahgunaan kekuasaan tersebut tidak terjadi lagi dan kita sebagai warga Negara yang baik harus memilih dengan tepat dan pantas untuk diberikan sebuah amanah. Demikian artikel yang saya buat, apa opinimu??? Sampaikan dikolom komentar.

SUMBER : 1 | 2| 3|

Nama    : M. Frizeky Qurais Sihab

NIM        : 07031381621120

Jurusan  : Ilmu Komunikasi kelas ( B )

Kampus : UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG ( BUKIT )

Dosen    : Nur Aslamiah Supli, BIAM, M.SC

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun