Mohon tunggu...
Free Idea
Free Idea Mohon Tunggu... lainnya -

Suka membaca dan lalu menulis. Berpikiran terbuka, tanpa sekat. Bebas berpikir, tetapi tidak menjadi liar berwacana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Opera Sabun Via Twitter

5 Januari 2014   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di sebuah negara entah berantah – untuk mudahnya sebut saja Negara X, baru saja terjadi kenaikkan harga gas untuk tabung 12 kg. Naiknya sampai 50%, bahkan bisa lebih tergantung jarak sebuah daerah dari pangkalan gas.

Dampak kenaikkan gas langsung terasa dikalangan warga kecil. Para pengguna tabung gas 3 kg, walau tak kena kenaikkan harga – ikut menderita karena terjadi kelangkaan tabung 3 kg di agen-agen penjual gas.

Mungkin ini kado terindah pemerintah negara X kepada rakyatnya di awal tahun.

Tak lama berselang, anak presiden negara X – sekaligus sekjen Partai Y (partai pendukung utama pemerintah), via twitter menyatakan ketidaksetujuannya akan kenaikkan gas 12 kg. Ini aksi korporat, bukan kebijakan pemerintah. Kasarnya – bukan Bapak gue yang presiden sekaligus ketua umum partai yang bikin kebijakan itu lho.

Reaksi bapaknya – eh presiden juga cepat. Lewat twitter, presiden mengemukakan keberatan yang sama soal kenaikkan harga gas untuk tabung 12 kg. Wapres diperintahkan untuk segera mencari solusi untuk menghindarkan inflasi dan semakin sulitnya perekonomian rakyat.

Hari ini rencananya presiden akan mendengar laporan dari wapres. Nada-nadanya kenaikkan harga gas untuk tabung 12 kg akan dibatalkan.

Rakyat siap-siap bertepuk tangan. Pertama, untuk presiden yang sukses membatalkan kenaikkan harga gas tersebut dan artinya memiliki keperdulian yang tinggi akan nasib rakyat kecil. Kedua, untuk anak presiden yang sekjen partai punya bapaknya itu. Ternyata biar muda dan minim pengalaman, memiliki keperdulian kepada rakyat. Berkat seruannya kepada sang bapak, harga gas batal naik.

Tepuk tangan juga bakal datang dari pimpinan dan kader Partai Y. Ini bahan bagus untuk menaikkan elektabilitas partai. Bisa dimasukin iklan : presiden siapa dan dari partai apa yang sukses menurunkan harga gas ?

Di sisi lain, kambing hitam dari ini semua adalah Pertamini. Aksi korporatnya dicap tak perduli dengan kepentingan rakyat. Kerugian 7 trilyun tidak penting dibanding pencitraan – eh maksudnya nasib rakyat kecil.

Dibawah siapa sih Pertamini itu ? Oh ternyata menteri yang ikut konvensi presiden dari Partai Y. Yang menurut hasil survey punya elektabilitas tertinggi dibanding peserta konvensi lainnya. Termasuk salah satunya adik ipar presiden sekaligus om dari Sekjen Partai Y.

Menteri ini pula yang dipersoalkan terlibat korupsi oleh sebuah akun anonim. Kuasa hukum akun anonim ini sempat melaporkan langsung data-data yang dimiliki kepada Sekretaris Kabinet beberapa waktu yang lalu.

Akhir kata – yang penting harga gas batal naik deh.

Catatan : ini hanya fiksi semata. Kesamaan peristiwa dan kesamaan tokoh-tokoh hanya kebetulan saja. Tulisan ini terinspirasi peristiwa nyata di negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun