[Cuplikan buku "Brokenheart" karya Nurani Soyomukti] Ada 6 pertanyaan penting Imam Al-Gazali pada murid-muridnya: "Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?", Tanya dia. Murid-muridnya menjawab Negara Cina, bulan, bintang, matahari. "Semuanya benar", kata Al Gazali. "Tapi yang paling benar", tambah dia, "adalah masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, kita tetap tak akan kembali pada masa lalu. Mungkin prinsip itulah yang harus dipegang bagi mereka yang merasa sedih karena perpisahan, perceraian, dan pengkhianatan. Kekecewaan dan kesedihan akan semakin mendalam jika bayangan tentang kebersamaan menggelanyuti pikiran, bahkan jika sampai pada bayangan tentang pengkhianatan, kesedihan membuat dada sesak dan air mata mengalir. "Teganya dia melakukan ini padaku. Dulu dia selalu tampak menyenangkan, ternyata dia bukan laki-laki yang sebenarnya", batin seorang perempuan yang mengingat masa lalunya. Ingatlah masa lalu dan sejarah hidup Anda, capaian-capaian dan kegagalan-kegagalan dalam pemenuhan diri, dan apa sebab-sebabnya. Bisa jadi di waktu kecil Anda adalah gadis imut yang punya cita-cita menjadi seorang dokter, dan itu pernah Anda katakan pada ayah Anda saat Anda masuk sekolah dasar. Anda pernah berkata pada si ayah di hari ulang tahun yang menyenangkan, saat ayah Anda bertanya tentang ingin jadi apakah Anda. "Aku ingin menjadi dokter karena ingin menolong orang sakit...", begitu jawab Anda waktu itu sebagai perempuan yang baru tumbuh dan mencari-cari penjelasan tentang diri. Lalu Anda akan teringat apa yang menyebabkan Anda menjadi perempuan yang lemah yang bahkan menjelang lulus sekolah menengah atas (SMA) Anda melupakan cita-cita menjadi dokter. Pernah terngiang di kepala Anda tentang cita-cita menjadi seorang pramugari setelah Anda menonton film "Woman On Top" yang diperankan secara bagus oleh Gwineth Paltrow. Tetapi Anda waktu itu berhadapan dengan fakta bahwa tubuh Anda di usia 18 tahun itu tidak terlalu tinggi, kalah langsing dan seksi dengan gadis lain di sekolah Anda yang kebetulan menjadi saingan Anda. Maka tentu Anda ingat bahwa akhirnya Anda memasuki jurusan Ekonomi di sebuah universitas negeri. Sayangnya, sebelum lulus Anda sudah keburu menikah karena pergaulan bebas Anda dengan seorang senior kuliah yang membuat Anda hamil dan terpaksa dinikahkan. Pada akhirnya Anda menjadi ibu rumah tangga, dengan suami yang awalnya sangat mencintai Anda tetapi sepuluh tahun hubungan kalian yang telah dikarunia dua orang anak, tiba-tiba suami Anda tanpa Anda ketahui telah melakukan perselingkuhan. Ia jatuh cinta pada seorang perempuan yang menjadi sekretarisnya dan pada akhirnya ia menceraikan Anda dan menikahi perempuan yang lebih muda dan menarik itu. Itu hanyalah sebagai salah satu contoh. Berbagai kisah yang berbeda mungkin saja terjadi. Intinya, tentu apa yang Anda terima saat ini sebagai sebuah kejadian yang menyedihkan dibangun oleh banyak kejadian-kejadian. Biasanya Anda akan menyesal, misalnya Anda membatin: -  "Andai aku dulu menyelesaikan kuliahku dan tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah". -  "Andai aku dulu tidak bertemu dia". -  "Andai aku dulu menuruti nasehat orangtuaku..." -  "Andai aku dulu tidak pindah ke kota ini.." -  "Andai aku dulu menyelesaikan kuliah dulu, terus mendapatkan pekerjaan dulu sebelum menikah". -  "Andai aku dan suamiku kerja satu kantor.. (pasti aku bisa melacak apa yang dilakukannya)". Dan berbagai "andai" lainnya menggelayuti pikiran Anda dalam mengingat masa lalu. Yakinlah bahwa belum terlambat untuk merubah cara pandang, mental, dan berbuat untuk situasi baru Anda. Hukum waktu adalah perubahan, jadi Anda pun harus berbenah. Yakinlah bahwa Cinta bisa membawa perubahan, dan ia memberi kesempatan kepada kita untuk mengembangkan diri, menuju kualitas terbaik kita sebagai manusia. Sebuah perselingkuhan bisa menyadarkan kita, terutama Anda kaum perempuan, kembali pada kualitas positif yang Anda miliki, yang pernah menguap dalam hubungan amburadul. Ia memberi Anda kepercayaan untuk melangkah. Ingatlah sejarah hubungan kalian. Fokuskan pada perilaku-perilaku atau kejadian yang bisa jadi berpengaruh pada renggangnya hubungan tetapi di masa lalu Anda mengabikannya. Kalau perlu ingat bagaimana pertama kali Anda ketemu bertemu dia, bagaimana sikap Anda terhadap dia, dan akhirnya Anda juga akan tahu apa kekurangan-kekurangan Anda saat berpasangan dengan orang lain. Masalahnya tidak semua orang memiliki kekuatan cinta dan cara berkomunikasi untuk mengekspresikan diri dengan baik ketika ia membangun hubungan-apalagi hubungan intim dalam pernikahan. Jangan-jangan ada yang salah pada diri kita yang menyebabkan suami kita tak menyukai kita dan pada akhirnya ia bosan dengan kita. Maaf, tujuannya memang bukan untuk memperbaiki diri dengan pasangan Anda karena ia sudah benar-benar pergi. Tapi kemampuan ini dibutuhkan oleh Anda ketika Anda masih berminat untuk menjalin cinta lagi. Masalahnya, cara memperlakukan pasangan dan komunikasi merupakan kata kunci dalam membangun hubungan. Tidak begitu masalah bahwa Anda tidak memiliki tubuh cantik (atau modal fisik) atau bahkan Anda tidak bekerja dan secara ekonomi tergantung pada dia. Tetapi cara Anda menjalin hubungan dan kepiwaian Anda dalam mengkomunikasikan gagasan dan tindakan dalam sebuah keluarga seringkali menjadi faktor penting bagi tumbuhnya hubungan keluarga yang sehat dan penuh makna. Hidup yang menyenangkan disebabkan oleh cara komunikasi yanh hidup juga. Kemampuan Anda memahami diri, mengontrol suami, bahkan juga kepandaian dalam menyenangkan hati suami sangat dibutuhkan. Coba cek apakah dalam sejarah hubungan yang Anda bangun dengannya ada masalah. Gunakan analisa yang dalam karena seringkali kesalahan tidak disadari dan kadang disadari setelah kita melakukan evaluasi terhadap peristiwa-peristiwa itu. Evaluasi ini dibutuhkan untuk mendapatkan modal cara pandang bagi Anda untuk menghadapi dunia baru. Masa lalu penting karena kita bisa menyelaminya dan mencari apa sebab-sebab kegagalan kita dalam kehidupan lalu. Lebih jauh, kita dapat mengembalikan potensi-potensi lama kita yang terpendam dan bahkan sempat ditumpulkan selama kita berada dalam kondisi lama yang tidak kondusif. Setelah seorang perempuan ditinggalkan, biasanya berarti pula bahwa ia telah dapat lepas dari laki-laki yang membuatnya tergantung dan bisa jadi mengekangnya. Karenanya sela aia dikekang terjadi penumpulan-penumpulan eksistensi diri yang membuat perempuan lemah. Karenanya perpisahan dan perceraian dapat menjadi dunia baru yang membuat potensinya dapat diaktualisasikan kembali.*** ===============================
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H