Kuikat jantungku
Dengan untaian tasbih
Dan kubiarkan cintaMu
Quddus mengalir di nadiku,,,
Apa mau dikata,
Apalah daya,
Bila cinta bertemu mahzab,
Tiada selaput tiada hijab,
Cintaku quddus
Cintaku tulus,
Jalan ini adalah jalan sepi,
Hanya cinta dan diri,
Tak ada hidup atau mati,
Terus melangkah menuju hakiki,
Syariat adalah pondasi,
Tarekat adalah alas kaki,
Hakekat adalah pelepasan diri,
Ma’rifat adalah dispersi hamba dan Ilahi,
Mahabbah tujuan akhir sejati,
Jalanini adalah jalan tersembunyi,
Hanya diketahui oleh yang mencari,,,
Cinta adalah peta dan navigasi…
Jalan sepi cinta hakiki,
Kan dilalui sepenuh hati,
Meski berbalas hidup atau tertebus mati,
Hingga ma’rifat cinta tiada ujung,
Pada Rabb yang Maha Agung,
Mahabbah ini takkan bergetir pahit,
Karena cahayanya menyebar,
Tak tertahan terus melebar,
Menembus tujuh bumi dan tujuh langit,
Biarkan si debu ini mencari cinta,
Hingga sampai pada sumber cahaya,
Menatap wajah sang Maha segala,
Jadikan semesta serta isinya tiada lagi bermakna,
O Mahabbah,
Sampaikan aku pada Sang Wajah,
O Ma’rifat,
Jadikan Mahabbahku kian lekat,
O Jannah,
Biarkan aku menapakimu sebagai tanah,,,
Alif dan aku luruskan kembali niatku,
Ba dengan bismillah aku mulai melangkah,
Ta bukan sekedar cinta hamba tapi meretas tasbih hati,
Tsa Yaa Muqalibuul quluub tsabit qalbika,
Hijaiyyah awal aku belajar membaca,
Iqra! Ayat yang tersurat dan yang tersirat,
Mencari jalan ini hanya bisa dilakukan
Oleh mereka yang bisa membaca,
Membaca tanda dan pertanda,
Dalam bahasa buana,
Jalan ini butuh pemandu,
Pemandu yang paham setiap tanjakan dan kelokannya,
Teruslah mencari,
Meski sendiri dan sepi,
Yakin wajah dan Nur Ilahi kan menemani,,,
Bila Jimuntuk Jism/jasad yang kuat,
Dan Ha tanda Himmah/semangat menggelora,
Pastikan juga kutemukan ‘ain dalam ‘aqidahNya yang lurus,
Hingga kudapati Sho terbukti dalam shohihul ibadahnya,
Tak dapat kutolak kehendak Tuhan,
Bila tanda demi tanda telah ditemukan,
restuMu Tuhan,
kumohon jadikan dia pemandu jalan,
yang mengerti setiap tanjakan dan keelokan,
tasbih hati biarlah begini,
meski dalam sepi sendiri,
terus mencari,
pusaran waktu,
biarlah berlalu,
telaga bathin rindu,
biarlah melaju,
kunanti si pemandu,
datang padaku,,,
*By. Freecs Stern and Evin Jardin Amalia*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H