Mohon tunggu...
Isna R. Retnaningsih
Isna R. Retnaningsih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

write to feels better, read to know another, share for the best future | hope Allah always blessed us for our struggle

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

ASI Eksklusif dan Negeri Emas Nomor 1 di Dunia!

17 Oktober 2014   15:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan Air Susu Ibu untuknya. Seperti yang kita ketahui keutamaan ASI untuk kesehatan bayi dan juga daya tahan tubuhnya, belum lagi banyak sekali manfaat yang diperoleh oleh ibunya untuk mempercepat pemulihan ibu setelah melahirkan. Baru-baru ini pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengoptimalkan upaya peningkatan pemberian ASI. Salah satu Kebijakan pemerintah uu No.36/2009 tentang Kesehatan Pasal 128 bahwa bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis. Belum lagi UU Ketenagakerjaan dan juga beberapa Perpu lainnya yang serius menggagas tentang keutamaan ASI Eksklusif selama 6 bulan untuk generasi penerus bangsa Indonesia. Namun dibalik keseriusan pemerintah mengeluarkan peraturan tentang ASI Eksklusif, pada kenyataannya kebijakan ini masih menemui banyak hambatan dalam pelaksanaannya.

Pencanangan ASI Eksklusif masih menemui banyak hambatan dan tantangan tersendiri, diantaranya kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ASI Eksklusif, jaraknya yang jauh, penyediaan tempat penitipan anak bagi ibu yang bekerja dan masalah yang paling utama adalah faktor ekonomi yang akhirnya mendorong ibu bekerja dengan tuntutan kerja yang tinggi.

Dari homecare yang saya lakukan pada ibu bekerja yang masih menyusui anaknya, mengakui adanya banyak hambatan dalam pelaksanaan ASI Eksklusif diantaranya fasilitas perusahaan yang tidak menyediakan tempat khusus memerah ASI, Jam istirahat yang sangat singkat dengan beban kerja yang berat, belum lagi faktor internal ibu yang belum mengetahui akan pentingnya ASI Eksklusif ditambah faktor stress pada ibu yang juga berakibat berkurangnya produksi ASI.

Mengapa ibu akhirnya memutuskan untuk bekerja keluar rumah (masa cuti kerja hanya 3 bulan padahal ASI Eksklusif minimal 6 bulan) dan rela meninggalkan anaknya?. Pertanyaan ini pun bisa kita jawab untuk sebagian besar perempuan di Indonesia adalah karena masih banyaknya keluarga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Data BPS menunjukkan hingga tahun 2012 masih ada 28,59 juta rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Belum lagi dari jumlah itu mereka bertahan hidup dengan pendapatan 8.913 rupiah/hari nya. Sungguh sangat jauh dari standar kemiskinan Bank Dunia yakni 2 Dolar AS per hari atau sekitar 18.200 per harinya.

Dari faktor kemiskinan keluarga Indonesia, pemerintah membuka peluang kerja sebanyak-banyaknya untuk perempuan. Sampai-sampai pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki pun kini kita jumpai dikerjakan oleh wanita Indonesia. Menurut Hilary Clinton dalam pidatonya dalam forum perempuan dan ekonomi APEC 2012 menyatakan, “ketika para perempuan berekonomi aktif semua mendapat keuntungan”. Benarkah dengan perempuan bekerja dapat mengentaskan kemiskinan dan membuat keluarga bahagia?

Sementara itu, jauh tertanam di ingatan kita bahwa negeri kita adalah negeri yang sangat kaya akan sumber daya alam.  Mulai dari sumber daya alam, energi, tambang batu bara, bijih emas, tembaga dan yang lainnya. Sungguh ironi melihat kenyataan yang ada ketika kita tahu tambang emas terbesar dunia saalah satunya ada di Indonesia, yakni di Grasberg Papua - Indonesia Menurut Thompson Reuters dan Metals Economics Group yang dilansir CNBC (19/3/2012), tambang dengan luas 527.400 hektar itu pada tahun 2011 lalu memproduksi emas sebanyak 1.444.000 ons atau 40.936 kg.

Menurut pihak Freeport, jumlah cadangan emasnya sekitar 46,1 juta troy ounce. Bila dihitung dengan acuan harga emas sekarang yang sudah menyentuh kisaran Rp 550.000 per gram, maka jumlah cadangan emas Freeport itu mencapai Rp 1.329 trilyun. Namun belum banyak yang tahu, seberapa persen Negara mendapat keuntungan dibalik proyek mega-power Freeport. Baru baru ini pemerintah mengadakan renegosiasi untuk mendapat jatah divestasi 30% dari hasil penjualan tambang. Namun belum lagi Freeport yang abstain membayar royalty kepada Indonesia.

Hal yang sangat ironi melihat kemiskinan di tengah negeri penghasil emas terbesar dunia ini. Mengapa menuliskan tentang Tambang Emas? Apa hubungannya dengan program ASI Eksklusif yang sedang marak digalakkan?. Tentu saja ada. Penulis mencoba mengajak untuk sejenak ‘think out the box’ bahwa solusi untuk hambatan ASI Eksklusif misalnya, takkan bisa menemui titik temu jika kita menyelesaikan secara parsial saja. Misal kita atasi permasalahan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif pun tak bisa sepenuhnya berhasil, karena masih ada tantangan Kebijakan Perusahaan yang belum berpihak pada ibu menyusui. Dan jikalau kita atasi permasalahan perrusahaan untuk patuh pada Perpu ASI Eksklusif pun perusahaan tak mau rugi. Karena yang mereka butuhkan keuntungan perusahaan yang berlipat dan mereka siap mem-PHK daripada menanggung beban kerugian. Sungguh ujung pangkal permasalahan ini tak akan ada habisnya jikalau kita tak menangani dari akarnya. Permasalahan kita bersama, kemiskinan, kemakmuran rakyat terabaikan akibat Negara salah urus dan kekayaan yang tidak merata untuk seluruh rakyat Indonesia.

Singkatnya, saya mengajak untuk berpikir jauh ke depan dan lebih luas lagi. Bahwa ternyata solusi untuk permasalahan kesehatan ini membutuhkan pemecahan solusi dengan bidang ekonomi, pendidikan, lingkungan, budaya bahkan yang paling urgen adalah politik. Bagaimana pemerintah Indonesia dengan kebijakan politiknya mengatur regulasi Penanaman Modal Asing sehingga tak kebablasan. Kebijakan pengolahan Freeport misalnya, ketika Politik kita stabil dan independen dalam pengolahan sehingga pembagian hasil pun adil merata untuk seluruh rakyat Indonesia, saya rasa cukup untuk mengangkat keluarga-keluarga di bawah garis kemiskinan. Belum lagi masih banyak sumber daya melimpah lainnya seperti minyak bumi, gas sampai dengan kekayaan aneka ragam pariwisata. Tentu dibutuhkan pemerintah yang berdaulat, mau menasionalisasi sumber daya alam dan sistem pemerintahan yang tidak timpang.

Tentunya, ketika kita mau menggali lagi dan memaknai keberadaan segala alam semesta di bumi ini. Semuanya sungguh sempurna tiada cacatnya, peluang untuk tiada nya Sang Pencipta adalah tidak mungkin. Dan bumi, gunung, laut semuanya pun berdzikir meng-AgungkanNya. Pengaturan alam semesta dan seisinya pun secara kasat mata dan logis seharusnya kita serahkan kepada-Nya. Allah telah menyediakan untuk kita, seperangkat aturan yang mengatur kita, pengelolaan sumber daya alam, hubungan kita dan sesame. Siapa yang Maha Mengetahui Yang Terbaik untuk Hamba-Nya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun