Mohon tunggu...
Isna R. Retnaningsih
Isna R. Retnaningsih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

write to feels better, read to know another, share for the best future | hope Allah always blessed us for our struggle

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agar Sandiwara

5 Juli 2017   13:25 Diperbarui: 5 Juli 2017   13:44 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: poskotanews.com

Tak bisa dipungkiri bahwa realitanya, Indonesia adalah negeri yang rawan bencana karena letaknya yang diapit oleh  samudera dan lempeng benua. Sehingga sudah seharusnya masyarakatnya sadar atau tanggap terhadap bencana yang kapan saja bisa datang. Namun hingga saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum tanggap terhadap bencana. Hal ini menjadi suatu ironi tersendiri. Satu sisi bencana alam bisa datang kapan saja, di sisi lain penduduknya tidak siap menghadapi kedatangan "tamu" bencana itu.

Hal ini disampaikan oleh Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, bahwa secara umum budaya sadar bencana masih rendah. Belum lagi, dalam aplikasi kehidupan sehari-hari masyarakat seolah belum paham terhadap resiko yang mengintai mereka. Bisa kita lihat masih banyak rumah yang dibangun di atas tanah rawan longsor, daerah yang sebelumnya pernah terjadi bencana, dan masih banyak lainnya.

Kesadaran terhadap bencana hanya akan tumbuh jika masyarakat paham akan pentingnya sadar bencana itu. Untuk memahamkan masyarakat, dibutuhkan sarana yang tepat, menyenangkan dan dekat dengan masyarakat. Salah satunya adalah lewat radio.

Mulai tahun 2017, BNPB melalui 22 stasiun radio yang tersebar hampir di seluruh Indonesia menyiarkan sandiwara radio untuk sarana edukasi bencana. Sandiwara dengan judul "Asmara di Tengah Bencana" ini diperkirakan dinikmati oleh 43 juta pendengar yang tersebar di seantero Nusantara. Jika mau dibandingkan dengan jumlah total penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta penduduk, memang sudah lumayan. Tetapi apa trik agar ilmu sadar bencana ini tak hanya disimpan oleh pendengarnya?

Pertama, share ilmu layaknya konsep MLM. Satu pendengar untuk 5 temannya. Jika 43 juta dikalikan 5 bukankah itu angka yang banyak?

Kedua, Perbanyak sasaran melalui Komunitas. Dengan mengajak Komunitas untuk ikut berpartisipasi, pasti akan lebih bersemangat untuk mengikuti acara ini. Setelahnya, dibangun komitmen bersama untuk mendiskusikannya di Komunitas. Misalnya di Komunitas Ibu-ibu PKK . Setelah mendengarkan acara ini, hari saat ada pertemuan diadakan diskusi bersama.

Ketiga, Melalui sosial media, sandiwara radio oleh BNPB ini juga dirasa lebih efektif. Kalau target share secara langsung adalah untuk pemahaman dan kesadaran langsung, kalau share by sosmed untuk pemerataan. Bukankah pengguna sosial media tersebar di seluruh pulau di Indonesia?

Terakhir, agar mampu dijaga dan meningkatkan kesadaran secara utuh, sandiwara bisa dikombinasikan. Dengan apa? Menurut saya, yang paling bertahan lama adalah BNPB meracik rumusan khusus agar bisa masuk melalui Kurikulum Pendidikan. Tentunya, dengan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan edukasi ini akan dirasakan hampir seluruh warga negara yang mengenyam pendidikan. Selain itu, efeknya dapat dirasakan secara permanen dan jangka panjang. Karena menjadi maklumat bersama, seperti halnya pendidikan Kewarganegaraan. Meski porsi sedikit, namun jika diincipi oleh para peserta didik pasti membekas dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Selain kombinasi pendidikan melalui pelajaran di sekolah, juga bisa kombinasi dengan ekskul atau UKM-UKM yang ada di sekolah atau Perguruan Tinggi. Terlebih lagi, untuk wilayah dengan bencana yang khas semisal daerah Pegunungan. Mungkin bisa kombinasi ini nantinya dengan rumusan khusus sadar bencana Wilayah Pegunungan, beda dengan wilayah lepas pantai. Masih banyak lagi upaya kombinasi agar sandiwara radio ini bisa mengena untuk masyarakat Indonesia. Harapannya, satu sisi BNPB melalui sandiwara ini memberi sarana, sisi lain masyarakat antusias share ilmu ini. Agar terwujud Indonesia dengan masyarakat yang utuh "sadar bencana". Jika sewaktu-waktu "tamu" bencana itu datang, kita semua bisa menyambutnya dengan siap siaga punya ilmu yang matang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun