Pro dan kontra terkait kualitas lulusan S1 di tanah air terus memicu banyak pihak untuk ikut berspekulasi.
Spekulasi atau dugaan/asumsi yang belum tentu kebenarannya menjadi salah satu cara/patokan/indikator dalam ilmu pengetahuan untuk mencari jawaban yang valid dari penelitian tertentu.
Profesor Satryo Soemantri Brodjonegoro (Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi) mengkritisi lulusan S1 dari berbagai perguruan tinggi Indonesia dengan 3 dugaan atau asumsi, di antaranya:
1. Lulusan S1 sekarang tidak bisa menulis
2. Lulusan S1 tidak memahami konteks
3. Lulusan S1 tidak memiliki etos kerja
Mari, kita membedah ketiga dalil dari Prof Satryo (Kemdiktisaintek) dengan rasional (rasio/akal sehat) dan juga Perspektif kebudayaan.
Berdasarkan studi keilmuan yang sedang saya ambil, terutama Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Siber Asia (Unsia), saya akan mencoba untuk mengelaborasikan ketiga dalil Prof Satryo dengan perspektif kebudayaan.
Di mana, intisari dari komunikasi adalah perspektif. Terkait ketiga dalil dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi di atas, saya melihat persoalan itu sejatinya tergantung pada kapasitas setiap pribadi dalam mengaplikasikan atau menerapkan disiplin ilmu yang mereka pelajari selama di kampus dalam kehidupan harian.
Pada poin pertama, Prof Satryo mengatakan dewasa ini, lulusan S1 tidak bisa menulis!