Meskipun demikian, ada juta kerinduan yang dipenjara oleh ketiadaan ayah dan ibu di kampung halaman.
Jadi, nuansa mudik lebaran, hanya berlaku bagi mereka yang masih punya orang tua di kampung halaman.
Sisi Lain dari Mudik Lebaran
Tak bisa dipungkiri lagi, bahwasannya terlepas dari ada dan tiadanya orang tua di kampung, sejatinya momen mudik itu juga membawa ribuan nostalgian bagi para perantau.
Lantas, apa saja momen berharga tersebut?
Sesuai dengan pengalaman penulis dan juga pembaca budiman, merasakan nuansa masa kecil yang indah, tidak harus berpatokan pada ada dan tiadanya orang tua di kampung halaman.
Pasalnya, selama kita berada di kampung halaman, alam bawah sadar kita akan kembali memunculkan romantika masa kecil.
Selain itu, kita juga berkesempatan untuk menyatukan lagi sisi emosional kita dengan alam di mana kita lahir dan dibesarkan.
Pada momen inilah, teologi mudik benar-benar terasa.
Karena bagaimanapun juga, sejauh apa pun kita pergi meninggalkan kampung halaman tercinta di usia muda, pada waktunya kita akan kembali menyatu dengan alam di kampung halaman tercinta.
Demikian coretan keresahan dan refleksi dari perantau non-muslim di tanah rantau.
Terima kasih untukmu para pejuang perjalanan di negeri asing.