Setiap orang memiliki cara untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya.
Namun, persolan tersebut, kadang bisa diselesaikan, sebaliknya ada yang tidak bisa dipecahkan permasalahannya.
Dalam kondisi ini, apakah kita membutuhkan waktu tersendiri untuk bertanya tentang apa yang sedang kita alami?
Bagi saya, siapa pun diri kita, mengambil waktu sejenak untuk berefleksi adalah solusi yang tepat.
Akan tetapi, saya juga menyadari bahwasannya tidak semua masalah yang kita hadapi, mestinya kita menyelesaikannya sendiri.
Tetapi, kita butuh kehadiran orang lain. Orang lain dalam hal ini adalah diri kita yang lain, yakni Tuhan yang kita imani.
Tentu saja, ini bukan pembelajaran Teologi di ruang-ruang akademisi.
Namun, ini tentang pengalaman hidup yang penulis alami sendiri, terlebih menjalin komunikasi bersama diri sendiri melalui jalan refleksi.
Saya mengenal refleksi sejak masuk Seminari di kota Malang, Jawa Timur.
Awalnya memang saya mengalami kendala untuk mengikuti kegiatan tersebut.