Manusia konseptualis akan mati secara raga, tetapi konsep berpikirnya akan tetap hidup.
Makna dari pemikiran konseptualis ini sejatinya sudah ada dalam diri para pemikir besar dunia. Sementara, konsep berpikir ini, jika saya persempitkan lagi di industri sepakbola tanah air, STY merupakan orang yang tepat untuk disematkan cara berpikir demikian.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena saya melihat, mantan pelatih Timnas Korea Selatan ini memiliki kerangka berpikir yang akan melintasi setiap pelatih timnas Indonesia di waktu yang akan datang.
Baca Juga:Â Mengapa Shin Tae Yong Memilih Pemain Muda di Level Senior?
Salah satu pemikiran konseptualis dari STY adalah membangun timnas dengan pemain muda. Bahkan secara terang-terangan, STY sudah mengatakan konsep berpikirnya kepada publik Indonesia.
"Lebih baik saya memilih jalan lambat menuju pembangunan timnas Indonesia secara berkelanjutan, ketimbang saya tergesa-gesa, namun hasilnya tidak akan bertahan lama" ujarnya.
Pemikiran satiris atau kritis ini, sebenarnya ditujukan kepada netizen tanah air dan juga PSSI. Dalam hal ini, netizen dan PSSI terkadang terjebak dalam pemikiran "MENGGANTI PELATIH."
STY Mengatakan perihal mengganti pelatih bukanlah solusi yang tepat bagi pembinaan sepakbola Indonesia.
Jangan Harap Gonta-Ganti Pelatih itu Lebih Baik
Makna sub judul ini mengisyaratkan atau menyimbolkan nada ketegasan dari STY. Di mana, STY yang sudah lama berpengalaman dalam menangani timnas Korea, bahkan tim besutannya pernah mengalahkan timnas Panzer, Jerman di bawah kepelatihan Joachim Loew, tepatnya di perhetan Piala Dunia 2018 silam.
Makna lain dari pernyataan STY ini bukan berarti dirinya menolak akan pemecatan dirinya sewaktu-waktu dari PSSI. Tetapi, konsep berpikirnya belum selesai.