Pantai Kelapa Lima Kupang semakin viral, lantaran memiliki view yang eksotis. Salah satu spot eksotis yang diburu wisatwan selama berada di pantai Kelapa Lima Kupang adalah mengabadikan sunset.
Sunset membawa keteduhan bagi setiap orang. Paduan emosional menyatu dalam balutan langit kuning di sore hari. Gelora kota karang Timor, kupang mulai terasa dari ujung Timur ke Barat, lalu dari arah Selatan ke Utara, segalanya tampak menakjubkan.
Kegelisahan pun mulai berontak bagi wisatwan. Akibatnya, wisatwan terjebak dalam super sibuk digitalisasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya membawa hal positif, melainkan ada kegaduhan antar pengunjung di pantai Kelapa Lima Kupang.
Namun, kegaduhan tersebut bukan menjadi sesuatu yang menakutkan. Karena ada hamparan air laut yang berwarna kekuning-kuningan, akibat dari pantulan sunset di tengah perairan teluk pulau Timor.
Menikmati sunset sembari membangkitkan rasa memiliki dan keberadaan (sense of belonging & sense of Being) menjadi elaborasi makna dari keindahan semesta.
Semesta memang tidak membutuhkan keberadaan manusia. Karena ia mampu mendesain dirinya sendiri. Kitalah yang membutuhkan semesta.Â
Namun, bagaimana pun juga, kita perlu bekerja sama. Pengejawantahan itu menjelma atau terinstrumentalisasi dalam semangat Atoin Meto (Suku Dawan) yang memandang alam sebagai bagian integral dari kehidupan setiap hari.
Lebih tepat, semangat filsuf Baruch de Spinoza yang mengajarkan bahwasannya di dunia ini hanya ada substansi tunggal, yakni Allah atau alam.