Setiap orang ingin memberikan sesuatu yang lebih dari dirinya kepada orang lain. Entah itu berupa materi, waktu, dan lain hal yang berkaitan dengan relawan.
Istilah relawan itu umum. Tergantung dari arah mana persepsi seseorang ingin mengupasnya. Untuk itu, penulis pun melihat relawan dari ranah cinta.
Berbicara tentang cinta tidak akan pernah habis untuk dibahasa oleh siapa pun. Ya, karena pada dasarnya, kita berasal dari cinta dan akan kembali kepada cinta itu sendiri.
Baca Juga: Lebih Muda Mendapatkan Juara, Tapi Sulit untuk Mempertahankannya
Sepertinya absurd atau kurang jelas bagi segelintir orang. Namun, kebanyakan pasti sudah mengetahuinya.
Namun, apa jadinya, jika seorang bujangan ingin menjadi relawan cinta?
Wah, jika peluang ada di depan mata, jangan kasih kendor, alias pepet teruuuuuus. Begitulah istilah atau bahasa keren dari generasi milenial saat ini.
Jujur saja, penulis dan generasi milenial lainnya bahkan para sesepuh di Kompasiana ini pun, jika ada organisasi yang fokus utamanya bergerak di bidang relawan cinta, pasti penulis adalah orang pertama yang mendaftarkan diri.
Penulis takut diserempet sama babang-babang senior di Kompasiana, terutama di dalam setiap grup perpesanan.
Mengapa penulis ingin menjadi relawan cinta?
Tentu saja ada alasan yang pasti dan jelas yakni sebagai bujangan itu kan bebas. Namun, kebebasan itu pun dibarengi dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Selain itu, menjadi relawan cinta di fase bujangan juga sebagai ajang pemilihan. Namun, bukan pemilihan Pilkada ya. Melainkan pemilihan yang didasarkan pada masa depan yang lebih baik bersama si dia. Asyik!