Di mana, si A harus memodifikasi motornya sedemikian menarik dan berniali jual (value) di mata publik.
Sadar ataupun tidak, si A perlahan menuju kehidupan hedonisme.
Hedonisme
Sebelum kita melanjutkan pembahasan ini, kita harus mengetahui akar kata dari hedonisme itu sendiri.
Secara etimologi atau akar kata, hedonisme berasal dari bahasa Yunani yakni; hedone yang berarti; kesenangan. Paham ini berorientasi pada kesenangan." (Wikipedia.com).
Si A mulai masuk dalam budaya hedonisme. Karena dengan memodifikasi motornya, ia akan merasa lebih senang dan bahagia. Selain, ikut meningkatkan popularitasnya di klub Varion 125 tersebut.
Dengan begitu, ia diterima oleh komunitas Vario 125. Akan tetapi, si A harus mengetahui penyebab dibalik klub motor tersebut.
Salah satu penyebab yang paling riskan adalah ia harus merogoh kocek isi dompetnya setiap ada perubahan kebijakan dari ketua klub motor Vario 125 yang mengharuskan setiap anggota harus mengganti modifikasi motornya setiap tiga bulan sekali.
Memodifikasi motor berarti memerlukan dana yang banyak juga. Nah, peristiwa ini mengarahkan si A menuju permainan dari propaganda iklan.
Propaganda Iklan
Sesuai dengan Ilmu Komunikasi yang saya pelajari saat ini di Universitas Dian Nusantara (Undira), saya mencoba untuk mengaplikasikan teori yang saya dapatkan, terutama dari sudut ajaran Publik Relation (penghubung, jembatan).
Berkaca dari pendapat dari Edward Louis Bernays atau yang kita kenal dengan 'Bapak Humas," adalah seorang Public relation  yang terkenal dengan propagandanya.
Salah satu propagandanya yang paling kontroversial adalah terkait dengan "Mempromosikan Perokok Wanita dengan mencap rokok sebagai "OBOR KEBEBASAN" tahun 1929. (Materi kuliah Public relation, Universitas Dian Nusantara).