Selain latar belakang masa lalu kita, ada karakter yang selalu kita tonjolkan dalam setiap hasil karya tulisan kita.
Sebagai pendekatan konkrit tentang pengalaman saya. Masa lalu saya memang tidak dipisahkan dari dunia "Humaniora." Setiap hari saya selalu bersentuhan, mendekap, meraba dan menjalani kehidupan dalam komunitas yang menampilkan wajah Kebhinekaan Tunggal Ika.
Komunitas telah membentuk karakter saya untuk selalu mencintai dunia humaniora. Karena visi dan misi dari komunitas yang saya jalani itu berorientasi untuk memanusiakan manusia. Terlepas dari apa pun latar belakangnya. Karena kita memiliki kesamaan dalam berinteraksi sosial dan juga dari rahim seorang ibu yakni "Indonesia Raya."
Bertahun-tahun saya diformat, dipress dengan ilmu humaniora. Dari sanalah karakter saya, terutama tulisan saya yang bernuansa humaniora pun muncul. Karakter itulah yang saya bawa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan.
Terakhir, karakter saya yang condong kepada ilmu humaniora akan selalu hidup dan ngalir dalam tetesan darah saya dalam berkarya. Meskipun, saya berjalan di luar tembok humaniora. Namun, magnetik ilmu humaniora selalu memiliki konektivitas yang kuat dalam kehidupanku.
Hasil karya tulisan saya di majalah selalu bercita rasa humaniora dari 7 tahun silam hingga hari ini.
Sobat, inilah coretan jejak langkah saya. Lantas, bagaimana dengan diary kamu hari ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H