'Menarik dan provokatif... Membuat kita sadar bahwa kita baru sebentar hadir di bumi ini, bahwa pertanian dan sains baru-baru saja ada, dan sebaiknya kita jangan menganggap enteng semua itu." -- Barack Obama
Buku "Sapiens " Riwat Singkat Umat Manusia telah mencuri panggung orang-orang hebat di dunia. Mulai dari Barack Obama, Bill Gates, Mark Zuckerberg hingga salah satu artis favorit saya yakni Maudy Ayunda.
Buku Sapiens secara garis besar mengisahkan bagaimana sejarah umat manusia yang berangkat dari satu spesies dan beranak pinak hingga sekarang.
Sapiens juga fokus membahas kognitif, pertanian dan sains. Selain itu, peran bahasa (komunikasi), gosip dan fiksi dalam kesuksesan umat manusia.
Siapa pun yang pernah membaca buku "Sapiens" pasti merasa ketagihan. Ibarat tubuh kita yang sedang sakit. Namun, kita tergantung dengan salah satu obat. Dan ketika obat itu habis, kita merasa gelisah. Begitulah yang saya rasakan, ketika saya membaca buku "Sapiens" karya Yuval Noah Harari yang merupakan seorang filsuf, sastrawan, sejarawan termasyur saat ini.
Alasan Maudy Ayunda Membaca Buku sapiens
Pendidikan Eropa dan Barat memang tidak bisa dipisahkan dari dunia filsafat. Buku Sapiens juga selain memuat sejarah umat manusia, juga disisipkan ilmu filsafat yang membuat rasa penasaran pembaca semakin meningkat.
 Latar belakang pendidikan S1 Maudy Ayunda kan Politik, Filsafat dan Ekonomi di Universitas Oxford.
Tentu selama masa studi S1-nya, Maudy Ayunda sudah terbiasa membaca teks-teks filsafat yang terkesan kaku dan berat.
Ya, itulah realitas ketika kita berjibaku dengan ilmu filsafat. Namun, hal ini tidak mengindikasikan bahwa untuk mempelajari ilmu filsafat harus membutuhkan kecerdasan di atas rata-rata.
Buktinya, saya dan ribuan dari generasi NTT pernah mengenyam ilmu filsafat. Apakah kami memiliki kecerdasan di atas rata-rata? Belum tentu! Karena kami hanya mengandalkan modal nekat.