Euforia apa yang kamu rasakan, ketika artikel ilmiah kamu dijadikan bahan rujukan oleh mahasiswa S-1 dan S-2? Tentu, adrenalin kebahagiaan akan mengalir dan membanjiri seisi hati kita.
Kebahagiaan itulah yang saya rasakan, di kala beberapa mahasiswa menjadikan tulisan saya untuk menyelesaikan skripsi dan tesisnya.
Awalnya saya merasa tidak yakin. Gegara yang minta izin untuk menggunakan salah satu artikel saya adalah mahasiswa Pasca Sarjana di salah satu Universitas swasta Jakarta (Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa).
Baca selengkap tulisannya di http://repository.sttpb.ac.id (Budaya dan Karakteristik Sopi Dalam Pandangan Iman Kristen di Desa Uhak Kecamatan Wetar Utara, Maluku Barat Daya.
Sejak tulisan saya dijadikan bahan referensi mahasiswa baik untuk menulis jurnal, skripsi dan tesis, saya pun merasa senang dan termotivasi untuk menulis sesuai gaya saya yang terkesan terlalu formal. Dan artikel saya yang dijadikan bahan rujukan adalah "Minuman Beralkohol Sebagai Jalan Perdamaian di Pulau Timor."
Tak salah, jika gaya kepenulisan kita cenderung ilmiah! Memang artikel ilmiah secara statistik tak mendongkrak viewnya. Akan tetapi, artikel ilmiah di tempat lain lebih dipakai, ketimbang kita menulis sesuai dengan percakapan sehari-hari.
Oke-oke sajalah kita mau menulis dengan gaya apa pun. Karena Kompasiana memiliki pembaca yang sangat beragam. Begitu pun dengan latar belakang penulisnya.
Kompasiana Sebagai Laboratorium Ilmu Pengetahuan
Sadar atau tidak sadar, Kompasiana adalah salah satu media online di Indonesia yang paling banyak menampung penulis dari berbagai latar belakang pendidikan, budaya, suku dan ras. Inilah wajah kebhinekaan Tungga Ika.
Saya tak pernah menyesal untuk terus menulis di rumah Kompasiana. Karena Kompasiana telah menghadirkan dewi fortuna/keberuntungan tak terduga bagi saya.
Selain relasi yang semakin luas, ilmu pengetahuan gratis dan berbagai kegiatan positif yang saya dapatkan di rumah Kompasiana.