Setiap orang berjuang untuk menciptakan proyek keabadian. Tujuan dari proyek kebadian adalah kita selalu takut dengan kematian. Untuk itu, Ernest Becker seorang antropolog Amerika dan penulis buku THE DENIAL of  DEATH berpendapat bahwa kita memiliki dua diri yakni diri fisik dan dan diri konseptual.
Apa itu diri fisik dan konseptual?
Diri fisik selalu berorientasi pada kegiatan makan, minum, bercinta, berjalan, bergosip, dan kegiatan yang kita lakukan setiap hari.
Sementara diri konseptual adalah  destinasi yang paling menakutkan bagi kita akan kematian. Namun, kenyatannya, kita tidak bisa melawan waktu kematian. Untuk itu, kita selalu berjuang untuk mengabadikan nama kita dalam bentuk karya.
Pepatah klasik mengatakan bahwa gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan nama. Saya rasa itulah diri konseptual yang sudah berakar kuat dalam tradisi kebudayaan kita dari zaman nenek moyang hingga hari ini dan yang akan datang (Future).
Tarik menarik masa lalu, kini dan nanti akan menjadi kisah yang menarik dan abadi, ketika kita berjuang untuk membangun proyek keabadian. Seirama Pramoedya Ananta Toer mengatakan menulis adalah bekerja untuk dunia kebadian.
Saya tidak tahu jalan pikiran Pramoedya Ananta Toer saat itu pun pasti bersentuhan dengan karya Ernest Becker tentang proyek keabadian.
Sejatinya, di dunia ini tidak ada yang baru. Semua itu hanya bersifat pengulangan. Perbedaannya itu hanya terletak pada kemasan dan penyajian yang dari sudut pandang yang berbeda. Sama halnya dengan apa yang saya ulas di sini. Begitu pun generasi yang akan datang.
Seberapa penting proyek keabadian bagi kita?
Penting dan tidak penting itu terletak pada paradigma setiap orang. Jika saya membangun asumsi tentang proyek keabadian itu penting, belum tentu orang lain akan menyetujui premis saya. Sebaliknya, jika orang lain membangun premis tentang proyek kebadian, saya pun belum tentu mengakuinya.