Euforia kompetisi blog THR 2021 berakhir, penulis aktif Kompasiana akan tetap menulis. Sementara penulis yang sekadar mencari cuan perlahan-lahan akan menghilang dari rumah Kompasiana.
Jika penulis Aktif Kompasiana sebelum Samber THR 2021 hanya segelintir orang. Angka ini melonjak drastis sejak 30 hari yang lalu. Akun Kompasianer yang sudah lama terdaftar dan menghilang seolah-olah ditelan semesta, seketika muncul dan menulis untuk mencari cuan.
Euforia untuk meramaikan kompetisi blog Samber THR memang menyita hati dan perhatian semua orang untuk ikut menulis. Seakan-akan topik yang lain tak menarik untuk diulik. Setiap hari, laman Kompasiana dipenuhi dengan Samber THR.
Antusiasme Kompasianer untuk mengikuti kompetisi blog patut diacungi jempol. Karena selama 30 hari, kompasianer telaten dan setia menulis.
Jika seandainya Kompasianer yang jarang aktif dan menulis memiliki semangat serupa Samber THR, Kompasiana akan menjadi pusat laboratorium ilmu pengetahuan apa saja. Sayangnya, banyak Kompasianer yang jarang menulis, bila tak ada kompetisi.
Apa yang saya katakan ini adalah fakta bukan hoaks. Karena sebelum kompetisi blog, saya hanya bersua dan melihat postingan Kompasianer yang selama ini tetap aktif menulis, walau tak ada kompetisi.
Akan tetapi, sejak kompetisi Samber THR dimulai, wajah-wajah baru mulai bermunculan. Harapan saya, wajah-wajah baru ataupun lama yang jarang menulis masih memiliki semangat 45 serupa menganggit topik pilihan Samber THR selama 30 hari.
Kompasiana adalah rumah bersama kita. Jiwa penulis akan terlihat, meskipun tak ada kompetisi blog. Sementara jiwa pencari suaka hanya numpang ngombe, dikala ada kompetisi hanya untuk menunjukkan bahwa dia juga termasuk dari penulis di Kompasiana.
Sastra lahir dari keresahan dan kepedulian orang-orang yang mencintainya. Mencintai sastra berarti mencintai dunia kepenulisan dalam kondisi apapun. Jangan bilang karena kesibukan di tempat kerja. Kita semua juga memiliki pekerjaan.
Kompasianer yang mencintai sastra selalu hadir menyapa dengan artikelnya setiap hari di Kompasiana. Sementara Kompasianer pencari oase selalu menunggu di mana ada kompetisi blog, maka di situlah ia menunjukkan jati dirinya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!