Tak ada yang salah, bila kita menaruh sikap optimis ke depan. Namun, kita juga perlu mawas diri. Karena semakin banyak AI buatan manusia. Semakin besar range atau jarak pemisah antara yang menguasai teknologi dan yang masih berjuang dan mereka yang sama sekali belum menikmati teknologi AI di pelosok-pelosok nusantara.
Kontradiksi AI dan opus manuale akan tetap ada, sejauh adanya kehidupan. Untuk itu, kita harus bergerak dari arah pinggiran, terutama menghadirkan sarana dan prasarana dan tenaga pendidik yang memadai di pelosok-pelosok nusantara. Sejauh ini, langkah pemerintah sudah tepat dan sangat efektif. Namun akan menjadi kuat, bila adanya sinergitas antar semua elemen dalam menggerakan literasi apapun di daerah pinggiran.
Terakhir, tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui siapapun ya. Melainkan opini ini sebagai bentuk kepedulian penulis untuk literasi daerah pelosok nusantara yang belum sepenuhnya diakses dengan mudah oleh siswa didik.
Mudah-mudahan opus manuale dan AI ke depan selalu berjalan beriringan. Tanpa adanya diskriminasi dari produk akal budi kita sendiri.
Salam