Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Media Sosial sebagai Representasi Kepribadianku

6 Mei 2021   17:09 Diperbarui: 6 Mei 2021   17:28 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media sosial sebagai representasi kepribadianku. Pixabay.com

Representasi media sosial mewakili perasaan diriku. Menjadi manusia bunglon bukanlah kepribadiaanku. Apa yang saya tulis di media sosialku, itu perwakilan diriku.

Sejatinya saya mengenal media sosial sejak tahun 2017. Karena selama hampir 6 tahun dibina dan dipoles di Seminari, segala sesuatu yang berkaitan dengan media sosial ditiadakan. Kecuali telepon selulur komunitas yang sewaktu-waktu dipakai untuk menghubungi keluarga.

Bila saya ditanya, apakah media sosial itu mewakili kepribadian kamu? Jawabannya ya. Alasannya adalah sebagai berikut;

* Saya selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara perkataan dan aksi nyata dalam kehidupan sosial
* Media sosial sebagai personal branding. Jadi, untuk apa saya menjadi manusia bunglon?

Tengok saja artikel saya di Kompasiana, itulah representasi dari pengalaman hidup saya selama bertahun-tahun. Apa yang saya alami, saya pun membagikannya kepada orang sebagai ajang pembelajaran. Bila diterima syukurlah.

Kepribadian saya yang suka ceplas-ceplos di Kompasiana adalah benar adanya. Mungkin bagi sebagian orang pasti tak suka cara penuturan saya. Namun, itulah kepribadian saya.

Antara saya dan anda sudah berbeda sejak dilahirkan. Apalagi tipe kepribadian. Bila saya berkaca pada ajaran psikolog Eric Fromm tentang "Humanistik Psikoanalisis. Di sana kita akan disuguhkan dengan 3 jenis karakter manusia dalam lingkungan kelompok sosial yakni;

1. Sistem A berorientasi kepada mereka yang cinta kehidupan
2. Sistem B berorientasi kepada mereka yang non-destruktif-agresif
3. Sistem C berorientasi kepada mereka yang destruktif

(Sumber: materi kuliah psikologi sewaktu saya masih berstatus sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang)

Di sini saya tidak mengulas semuanya. Karena cakupannya sangat luas. Yang menjadi pembahasannya saya hanya pada sistem A yakni cinta kehidupan. Karena ini bertautan erat dengan bidang kehidupan saya di humanistik.

Latar belakang pendidikan humanistik di dalam kehidupan Seminari semakin berakar kuat dalam kehidupanku. Mencinta kehidupan berarti mencinta semua orang tak membedakan stratifikasi/kelompok manusia dalam bidang apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun