Karir dan kinerja Nadiem akan berkembang, seiring kejelian presiden Jokowi untuk menggabungkan Kemenristek/BRIN dan Kemendikbud/Dikti menjadi kementerian baru berdasarkan Surat Presiden Nomor R-14/Pres/03/2021.
"Reshuffle Kabinet" atau perombakan kabinet baru di periodeke-2 pemerintahan Jokowi saat ini adalah opsi yang tepat. Karena sejumlah Menteri yang dinilai lamban dalam bergerak dalam mengatasi masalah sosial yang terjadi belakangan ini.
Perombakan kabinet di kubu Jokowi terutama menteri Investasi yang seanter dikabarkan akan diganti oleh Bahlil Lahadalia serta penggabungan Kemenristek dan Kemendikbud di bawah kendali Nadiem akan memberikan peta politik yang semakin memanas bagi pihak koalisi dan oposisi.
Bagi pihak koalisi penggabungan Kemenristek dan Kemendikbud di bawah nahkoda Nadiem akan lebih efektif. Sementara bagi pihak oposisi, reshuff kabinet ini menjadi ladang untuk menyerang Jokowi.
Sebagai kaum awam yang berada jauh dari lingkungan pemerintahan, saya ingin mengutarakan beberapa alasan, mengapa presiden Jokowi memilih Nadiem untuk menakhodai kemenristek dan Kemendikbud?
1. Merdeka Belajar
Sadar atau tidak, sejak Kemendikbud di bawah kendali Nadiem, ada sejumlah perubahan yang sangat signifikan bagi dunia pendidikan Indonesia. Di antaranya adalah merdeka balajar.
Merdeka belajar memiliki potensi bagi siswa didik dan siapapun yang bergerak di bidang pendidikan untuk lebih fleksibel dalam mencari ilmu pengetahuan.
Saya tidak tahu, apakah filosofi Nadiem ini berangkat dari ajaran Filsafat atau bukan? Karena dalam dunia filsafat, setiap orang itu bebas berekspresi dengan pikirannya, Sejauh ada tanggung jawab. Atau mungkin gaya Nadiem bisa diadopsi dari pendidikan Eropa yang lebih fleksibel.
Kebebasan belajar adalah hal yang perlu dijalani oleh siapapun. Karena metode ini bagus. Terlepas dari pro kontra akan metode pembelajaran ini.