Rumor bergulirnya European Super League atau Liga Super Eropa seanter terdengar di pelosok manapun. Tak ketinggalan pula mania sepak bola, wacana ini menjadi surprise sekaligus kecemasan bagi tim-tim papan atas Liga Inggris.
Sebut saja Manchester United, Manchester City, Chelsea, Tottenham Hotspur dan Arsenal. Wacana kehadiran Liga Super Eropa menjadi momok atau hantu bagi dunia sepakbola Inggris. Karena panggung Liga Super Eropa akan  mengambil kejayaan Liga Inggris.
Magnetik Liga Super Eropa meskipun masih berada di bawah Liga Champions Eropa, namun antusias dari klub-klub dari Spanyol, Italia dan Inggris sangat tinggi.
Seiring dengan wacana ini, perwakilan dari Liga Inggris mulai mawas diri. Gegara kondisi keuangan klub masih carut-marut. Akibat hantaman Pandemi Covid-19.
Apa sih yang menarik dari Liga Super Eropa?
Daya tarik dari Liga Super Eropa adalah mempertemukan pemain top yang berkiprah di klub-klub asal Eropa. Masalahnya, bagaimana dengan nasib atau masa depan pemain yang belum bersinar?
Kerugian bila digelar Liga Super Eropa yang paling signifikan adalah adanya diskriminasi pemain bintang dan yang belum bersinar.
Kira-kira siapa yang memprakarsai bergulirnya Liga Super Eropa di tengah Pandemi?
Tentunya ini berkaitan erat dengan pemilik klub serta pasar yang semakin memaksa keadaan untuk bertransformasi, demi menyelamatkan finansial klub.
Wacana bergulirnya Liga Super Eropa berawal dari presiden Real Madrid, Florentina Perez yang tidak puas dari Liga Champions Eropa. Perez tahun 2008 merasa kesal akan format dari Liga Champions Eropa, di mana ia berpendapat bahwa pertandingan akan fair atau adil, bila klub yang baik bertemu klub yang baik pula. Bintang ketemu bintang.