Mendekatkan yang jauh, lalu menjauhkan yang dekat.
Sebagai eks Seminaris (Katolik), saya merasa canggung saat kencan pertama dengan tambatan hati.
Hidup selama hampir 6 tahun menimba ilmu di dalam Biara (Seminari), ruang gerak saya hanya berputar pada Kapel (Gereja mini), ruang makan, perpustakaan, ruang musik, Lab bahasa, opus manuale (bahasa latin yang berarti kerja tangan), silentium (Latin:keheningan), serta bejibun pelayanan sosial dan kursus pengembangan softskill dan hardskill.
Belum lagi sharing pengalaman Misionaris (Imam Katolik) yang mengemban tugas di benua Eropa, Amerika, Afrika, Australia dan Timur Tengah, turut mengerdilkan keinginan untuk mengenal lawan jenis.
Eits, bukan berarti tak normal ya. Tapi, tujuan utama dari kehidupan membiara adalah membentuk karakter (karakter building) dan pacaran itu dilarang loh. Meskipun zaman sekarang, sudah banyak yang main kucing-kucingan sih, hihihih.
Ah, bodoh amat. Kata mark Manson dalam bukunya yang berjudul "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat." Tapi bukan bodoh amat soal perasaan ya. Soalnya Seminaris (Frater)juga manusia yang butuh kasih, cinta, perhatian dan "say-hello" dari gebetannya.
Aih, daripada saya semakin menahan rasa sakit dan perih di dalam untuk berpacaran di balik tembok Biara, mesndingan saya ajuin surat pengunduran diri. Saya beruntung sebelum mengundurkan diri, saya discerment (teknik mengambil keputusan ala Seminaris).
Tatkala berada dalam pergolakan batin. Bukan pergolakan revolusi prancis ya. Saya menemukan kata-kata yang sederhana dari salah satu penulis Islam moderat yakni, Ahmad Rifa'i Rif'an yang mengatakan bahwa," munafik bila raganya menjalani sesuatu, tapi jiwanya selalu menolak.
Tersadarlah saya di bawah pohon belimbing. Bukan pohon tomat ya. Tanpa berpikir panjang, hari itu saya langsung menulis surat pengunduran diri, tembusan Formator, Pater Provinsial SVD Jawa (Pemimpin tertinggi Kongregasi Serikat Sabda Allah/Societas Verbi Divini (Latin)/Society of the Divine Word, khususnya di daerah Jawa.
Setelah seminggu, saya menerima surat resmi dari Roma, meskipun katalog SVD, nama saya masih ada hihihi. Saya mulai berkelana, mengikuti ke mana suara hati membawaku.