Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Latar Belakang Pendidikan Calon Imam Katolik, Tapi Bidang Pekerjaan Serabutan Saya Nikmatin

26 Maret 2021   20:36 Diperbarui: 26 Maret 2021   21:23 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis saat menjalani pendidikan calon Imam Katolik di Malang. Dokpri.

Prinsip saya waktu itu hanya satu, intinya ada kemauan untuk belajar." Meskipun saya bukan seorang perawat home care yang sudah dibekali dengan dunia medis, tapi sewaktu di Seminari, saya pernah menjabat di bagian divisi Kesehatan. Jadi, sebagian alat-alat kesehatan sudah tidak asing lagi bagi saya.

Saya cepat beradaptasi dengan pekerjaan baru saya sebagai perawat home care. Selama  hampir 3 bulan saya merawat pasien di RSPAD Gatot Subroto, saya banyak belajar hal baru dalam dunia medis.

Niscaya pasien yang saya tangani sembuh. Saya mendapat kepercayaan penuh untuk mengelola villa-nya di puncak Bogor. Tapi, dengan rendah hati saya meminta izin untuk mencari tantangan baru lagi. Mereka sekeluarga mengizinkan saya. Tapi, komunikasi tetap berjalan dengan mereka hingga saat ini.

Lagi-lagi saya dapat tawaran untuk  menjadi tenaga home care di salah satu panti jompo yang berada di kota hujan Bogor. Saya makin menikmati profesi baru saya sebagai perawat home care. Selama 6 bulan di panti Wreda Salam Sejahtera Bogor, pasien yang saya tangani banyak mengalami perkembangan. Karena pasien yang saya tangani  lebih parah dan mengerikan daripada pasien lainnya.

Penyakit amnesia atau lupa ingatan yang diderita oleh pasien. Saya bukan seorang pakar psikolog ataupun psikiater yang biasa menangani masalah-masalah demikian.  Berbekal pengalaman mendengarkan curhat dan menangani banyak masalah selama masih menjadi seorang calon Imam (Frater) akhinya saya menggunakan teknik itu, yakni cukup menjadi pendengar yang baik. Dan bicaralah yang seperlunya."

Teknik menjadi pendengar yang baik membawa saya untuk meringankan beban pasien. Pasien senang dengan kehadiran saya. Bahkan kami berdua seperti anak seumuran yang selalu berbagi apa saja.

Bulan Maret tahun 2020, pas awal Corona. Saya resign dari Panti Wreda Salam Sejahtera. Keluarga pasien tidak mengizinkan saya. Tapi, saya harus mencari ilmu yang baru lagi.  Saya daftar di Prakerja dan mengambil kursus menjadi Jurnalis Profesional bersama Kang Pepih Nugraha.

Sambil memperdalami dunia Jurnalistik, saya bekerja hampir 6 bulan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang online shop. Tapi, panggilan untuk mengulik aksara sudah merasuki saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk resign dan menekuni dunia Sastra.

Bibit-bibit literasi mulai tumbuh. Saya jatuh cinta dengan dunia Sastra. Terutama Jurnalsitik. Hingga kini, saya hidup dari hasil tulisan. Dan saya sudah memiliki 3 karya buku. Profesi yang dulunya saya tidak sukai, akhirnya memberikan segalanya bagi saya.

Inilah kisah profesi  serabutan zaman digital. Apapun saya pelajari. Intensinya hanya satu yakni  jangan kalah bersaing dengan mereka yang sekolah tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun