Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rasa Ketidakpuasan, Berakibat pada Sentimen Kehidupan Sosial

12 Maret 2021   15:21 Diperbarui: 12 Maret 2021   15:24 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sentimen sosial dari rasa ketidakpuasaan. Foto oleh Roadnae Productions dari Pxels.

Menyajikan berbagi topik tulisan adalah ciri khas dari para pemimpi. Tapi, ragam tulisan yang tak diapresiasi akan melahirkan sentimen sosial, tatkala adanya ketidakadilan di dalam salah satu wadah sosial.

Sadar atau tidak sadar penulis harus membicarakan masalah yang sudah lama menjadi skandal diantara sesama Kompasianer. Di mana Kompasiana secara tak langsung membangun dua blok. Layaknya blok Timur dan Barat pada zaman perang dingin hingga perang dunia II.

Lebih memantik adrenalin bila sesama suku bangsa saling membangun tembok pemisah. Bisa kita melihat kembali pendirian tembok Berlin Timur dan Barat. Apakah kita pernah tahu, disposisi atau keadaan batin sesama suku bangsa yang hidup dalam satu tanah air, tapi serasa asing dalam kehidupan bersama?

Ya, perasaan itulah yang dialami oleh Kompasianer tervalidasi dan terverifikasi. Atau lebih membumi adalah Kompasiner yang akunnya tercentang hijau dan biru. Barangkali apa yang saya ulas di sini adalah terlalu subjektif. Tapi, saya rasa itulah yang dirasakan oleh Kompasianer centang hijau maupun biru saat ini.

Coba amati setiap artikel yang tayang di Kompasiana. Di mana pemilik akun tervalidasi akan berjuang untuk mendapatkan pengakuan atau lebih tepatnya diapresiasi oleh admin dengan memberi label pilihan. Sementara, akun yang terverifikasi apapun tulisannya pasti sudah jelas dilabeli.

Serasa ada tembok pemisah antara akun tervalidasi dan terverifikasi di sini. Adanya pengaburan makna kebersamaan. Meskipun pada kenyataannya, relasi pertemanan sesama Kompasianer sangat mesra di manapun. Tapi, rasa sentimen sosial akan selalu ada, bila secuil-secuil pengerdilan tersaji dalam setiap artikel.

Apakah akun tervalidasi hanyalah pelengkap? Entahlah, karena segala sesuatu memang sulit untuk ditebak. Terkadang, sebagai Kompasianer dengan akun tervalidasi, penulis merasa tidak puas. Toh, semua pengulik aksara di sini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Artikel yang lahir dari setiap pengulik aksara memang memiliki value atau nilai jualnya.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menerima saran dan kritik dari rakyatnya. Jangan sampai, hanya karena masalah subjektif dari Sang Penguasa, berpotensi untuk menciptakan jurang sentimen sosial yang semakin besar bagi sesama Kompasinaer.

Di episode ini, penulis meracik kata tidak pakai hati. Karena terlalu diam juga tidak baik untuk diri sendiri. Sekiranya, apa yang penulis ulik di sini bisa mewakili sesama Kompasiner yang akunnya masih tervalidasi.

Salam hormat. Mari bangun negeri dari rasa keadilan yang setara. Semangat Renaisanse atau pembaharuan dalam revolusi Prancis mestinya kembali digaungkan di rumah inspirasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun