Pembaca adalah pelanggan yang ingin dimengerti bukan dihakimi.
Menulis artikel yang berat adalah kesalahan terbesar saya selama ini. Karena pembaca lebih tertarik dengan kisah politik, humor, hiburan dan hal-hal yang sangat menyenangkan. Ya, namanya media online, pembacanya juga akan mencari hal yang menarik dan menyejukan hati.
Saya tipikal pengulik aksara yang kerap kali menggurui. Dan itu adalah kesalahan terbesar saya sejak berkencan dengan dunia kepenulisan. Tapi, saya bersyukur, bahwasannya di usia muda saya sudah menyadari masalah yang pelik itu.
Ya, pembaca adalah orang yang ingin dimengerti secara luar dan dalam. Hayo ngaku, jangan berprasangka buruk ya. Karena arti luar dan dalam penulis adalah kemauan dari pembaca. Mereka ingin sesuatu yang berbeda dari keseharian yang sangat kaku dan monoton dengan berita dan ceramah-ceramah dari tokoh-tokoh humanisme di dalam ruang kuliah, rumah ibadah dll.
Menulis dengan topik yang berat adalah sah-sah saja. Asalkan dikemas dengan bahasa yang luwes dan nyaman untuk disantap oleh penikmat aksara. Saya menyadari bahwasannya setiap dari kita memiliki ciri khas dalam mengulik aksara. Dan itu adalah kekayaan terbesar kita di rumah Kompasiana.
Menulis adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Saya adalah sosok penulis yang tidak terpaku dengan satu tema. Ya, karena saya tidak punya spesialisasi dengan satu topik. Makanya, saya selalu memilih menulis sesuai apa yang terlintas di dalam benak pikiranku.
Terkadang saya menyesali tulisan saya yang terlalu memaksa. Akibatnya tak ada rasa atau roh dalam tulisan. Rasanya tulisan saya hambar dan benar-benar tak mewakili keadaan atau keinginan pembaca. Tulisan saya menguras emosi dan pikiran, tapi tak memiliki nilai bagi pembaca. Aih dunia memang tak bisa dimengerti. Layaknya perempuan yang sulit untuk dipahami.
Menulis adalah bagian dari mengolah imajinasi, logika dan paradigma serta analisa mengenai objek atau sesuatu yang ada dihadapan kita. Anehnya, setiap penulis bisa masuk dan menginterpretasikan benda-benda mati menjadi benda hidup. Tak percaya! Coba lihat tulisan kita. Pasti ada benda-benda mati yang kita sulap menjadi paduan kata yang terdengar indah, syahdu dan seolah-olah mereka mewakili kehadiaran kita.
Menulis dan membaca memang butuh investasi waktu, emosi dan pikiran yang sangat panjang dan akan berjalan sejauh usia kita di bumi. Saya sampai terluntah-luntah memikirkan teknik-teknik yang diajarkan oleh para mentor dan siapapun yang berkecimpung di dunia literasi.Â
Saya bukan pesimis tentang teknik menulis yang baik, tapi siapapun pasti memiliki kelebihan dalam mengulik aksara. Ilmu yang diajarkan oleh para mentor itu hanya sebatas pemantik kreativitas kita. Selebihnya, kita yang mengetahui teknik menulis yang baik dan benar.