Hidup jauh dari sanak keluarga ada plus dan minusnya. Namun, bersama tetangga dekat, kita mampu melewati banyak hal dalam hidup.
Jangan pernah mengabaikan tetangga dekat, tatkala kita berada di atas tangga kehidupan. Dan membutuhkan tetangga, saat kita mengalami kesulitan.
Baik dan buruknya kehidupan kita diketahui oleh tetangga dekat. Tetangga adalah orang yang selalu hadir dalam situasi apapun. Meskipun kerap kali kita berselisih paham, akibat banyak perbedaan. Namun, tetanggalah yang selalu menopang kita, tatkala kita menemui masalah.
Masalah kehidupan selalu menggerogoti kita. Kita mengawali sosialisasi lanjutan dari keluarga melalui tetangga. Tetangga dekat adalah lingkungan pertama yang kita kenal. Pengenalan yang intens dengan tetangga membawa rasa persaudaraan yang amat mendalam.
Persaudaraan yang melebihi keluarga yang jauh di seberang sana. Sebagai pendekataan real, saya akan mengisahkan jalinan rasa persaudaraan antara A dan B di salah satu kota Metropolitan.
A berasal dari kota Cogito. B berasal dari kota Ergo. Mereka bertemu di kota Sum. Di kota Sum mereka tinggal bersebelahan di salah satu kontrakan. Sebagai perantau, awalnya mereka tidak saling mengenal. Namun, melalui perjumpaan yang secara terus-menerus di kontrakan itu, akhirnya mereka saling mengenal.
Mengenal berarti mengetahui segala kelebihan dan kekurangan antar pribadi. Kisah persaudaraan mereka sudah dijalin selama 5 tahun. Memasuki tahun yang ke-6, si B bernasib baik, yakni sukses menjadi salah satu pengusaha ternama. Sementara A masih sama seperti yang dulu.
Hidup A sangat memprihatinkan. Sementara kehidupan B lebih menjanjikan. Mereka mulai mendirikan tembok pemisah dalam persaudaraan mereka.
Di mana si B sudah berada di atas tangga kehidupan, lalu ia mendustai persaudaraan mereka. Si A menjalani kehidupan sebagaiaman mestinya. Ia selalu mensyukuri setiap rezeki yang didapatkannya. Entah cukup atau tidak rezekinya, ia selalu bersyukur.
Si B lupa daratan dari mana ia berasal. Suatu hari, si B kena tipu dari salah satu rekan bisnisnya. Ia kembali lagi menjadi gembel, bahkan melebihi si A. Si B berpikir bahwasannya, si A pasti tak mau menerima kisah persaudaraan mereka. Ternyata dugaan si B salah. Karena si A masih mau menerima keadaan si B. Bahkan ia bersedia untuk mengajak si B untuk sementara tinggal di kontrakannya.
B menangis dan menyesali segala perlakuannya kepada si A, tatkala ia memiliki segalanya. Hingga pada suatu titik, si B bertanya, " Bro kenapa kamu masih mau menerima saya?
Jawab si A, " Bro kita hidup ini hanya sementara. Ngapain kita menyombongkan segala sesuatu yang sementara? Lebih baik kita menikmati apa yang kita miliki. Entah cukup atau tidak, kita harus bersyukur.