Kehadiran pejabat asing ke negara kita akan membawa perubahan dalam cara kerja. Salah satu perubahan yang paling menyita kita adalah semangat untuk berkompetisi. Asalkan kita berkompetisi secara sehat, demi kemajuan perusahaan ataupun instansi tertentu.
Pejabat asing yang memimpin negara kita sudah tidak menjadi berita baru lagi. Karena dari zaman penjajahan, kita sudah bersentuhan dengan pejabat asing. Pola kerja mereka menjadi ciri khas bagi masyarakat kita saat ini. Di mana kita mempunyai semangat berkompetisi.
Selain semangat berkompetisi, ada suasana baru yang mereka tawarkan untuk kita yakni bekerja secara profesional. Artinya kita harus manajemen diri dengan baik. Termasuk manajemen waktu.
Barangkali sebagian dari kita belum pernah dididik oleh orang asing. Sebagai pendekatan kontekstual, saya pernah hidup dan tinggal dengan orang asing di dalam Biara (Katolik) selama hampir 6 tahun. Dan mayoritas pemimpin adalah mereka yang berasal dari negara Eropa.
Budaya Eropa yang saya pelajari dari para Pemimpin adalah soal waktu, komitmen dan semangat mencari tahu. Â Barangkali background masyarakat Eropa yang mengadopsi ilmu Filsafat dalam keseharian sudah menjadi filosofi hidupnya.
Bagi mereka, waktu adalah hal yang sangat berharga. Selain waktu kejujuran diutamakan dalam keseharian. Bila saya tidak tahu sesuatu, mendingan saya terus belajar dan bertanya, daripada saya sok tahu. Lalu berakhir pada ketidakpastian akan segala sesuatu.
Apa yang saya utarakan di atas adalah nilai plus-nya. Sementara, sisi minus-nya adalah saya memasuki "Culture Shock."
Culture shock kerap terjadi dalam lingkungan kerja apapun. Di mana naluriah kita tak akan berani untuk keluar dari zona nyaman kita.
Zona nyaman telah memberikan segalanya bagi kita. Ketika ada pejabat asing yang membawa pola pikir dan cara kerja baru, kita akan menjadi kaget dan tidak menerima pola baru demikian. Itu yang saya alami. Mudah-mudahan anda tidak mengalaminya.
Nah, bila kita sudah memasuki "Culture Shock" apapun akan kita gunakan untuk menolak pejabat asing. Contoh konkretnya, Pak Basuki Tjahaja Purnama yang pernah menjadi korban dari "Culture Shock" masyarakat kita.