Sadar enggak sadar, kadar mentalitas bertahan di tengah situasi atau "survival" mahasiswa sangat lemah. Apalagi berkaitan dengan materi online.
Materi mudah diakses, tapi belajar tanpa mentor susah-susah gampang sih. Tak salah mengubah mindset untuk belajar sendiri (otodidak). Tapi, bagaimana pun manusia adalah makhluk sosial yang merindukan orang lain.
Belajar secara konvensional (Offline) saling melengkapi, tatkala ada ruang diskusi. Di mana kita saling bertanya dan menjawab. Bila ada materi yang tidak dipahami. Jalan diskusi akan melahirkan solusi. Bukan berarti kita menolak kehadiran Teknologi, ya. Karena menolak Teknologi adalah jalan menuju keterasingan dari dunia. Â
Ada 3 alasan yang menyebabkan mentalitas bertahan mahasiswa lemah atau loyo.
1. Mahasiswa Merindukan Interaksi Sosial
Jantung ilmu pengetahuan lahir dari interaksi sosial. Bila tak ada interaksi sosial, ilmu pengetahuan tak mungkin lahir dengan sendirinya.
Seolah-olah ilmu pengetahuan lahir tanpa adanya sebab-sebab yang lain. Jika kita bermain di ranah Filsafat Kosmologi. Terutama seputar "kausa prima."
Sementara bila dikaji dari teori psikologi tentang interaksi sosial, ada tiga tahapan kita berinteraksi, yakni interaksi berawal dari keluarga, Sekolah dan Lingkungan.
Kadar interaksi akan bertumbuh, seiring kita mengenal banyak orang. Karena kita hidup secara komunal (Komunitas) bukan secara Individual. Di lingkungan kerja saja, kita saling membutuhkan kolaborasi dengan sesama, apalagi dalam lingkungan Akademisi.