Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencintai Pikiran Janda

22 Desember 2020   22:48 Diperbarui: 22 Desember 2020   22:53 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencintai diri sendiri penting. Asalkan jangan mencintai pikiran janda.

Eits,,,,jangan meliarkan daya fantasi anda ke hal yang mengundang banyak godaan, ya. Istilah pikiran janda tidak ada di KBBI. Karena istilah ini pertama kali diciptakan oleh penulis sendiri.

Pikiran janda merujuk pada kegiatan mengabsenkan pikiran terhadap banyak hal. Ciri-ciri orang yang memiliki pikiran janda adalah mereka yang terus memelihara ilmunya di dalam kotak imajinya. Mereka tertidur lelap, dikala orang lain saling berkejaran untuk mewarnai dunia dengan ilmu yang mereka dapatkan selama di dalam bangku pendidikan.

Pikiran janda juga bisa dikategorikan kepada mereka yang pelit untuk berbagi ilmu pengetahuan. Akibatnya, mereka terus sibuk dengan dunianya sendiri. Mau terjadi gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, mereka pun tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Sebab bagi mereka, segala sesuatu sudah ada, untuk apa memikirkan banyak hal yang tidak berguna. Mendingan menikmati waktu berharganya untuk mencintai dirinya sendiri.

Pikiran janda sudah melanda generasi muda yang memiliki sikap apatis terhadap kehidupan. Lamban tapi pasti, pikiran janda akan menjangkiti semua orang. Pikiran janda seperti virus. Virus yang cara penyebarannya secepat kilat di musim hujan badai.

Mirisnya, pikiran janda dipelihara oleh sebagian besar mahasiswa. Karena keasyikan untuk bermanja-manja dalam dunia google. Sekali klik, segala jenis informasi sudah tersedia. Jadi, kesimpulannya, untuk apa memikirkan hal yang sudah ada dari zaman dahulu hingga sekarang. Toh, hanya menyakiti diri dengan memikirkan hal yang sama sekali tidak dimengerti oleh logika. 

Logika pikiran janda semakin bertautan erat dengan rasa malas. Malas berpikir bisa menyebabkan segudang masalah. Masalah-masalah sosial dewasa ini, disebabkan oleh pikiran janda. Menjandakan pikiran lebih kejam daripada memanipulasi data untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dalam kehidupan bersama.

Hidup bersama orang lain dibutuhkan pikiran inovatif, kreativitas sebagai bentuk sumbangan kita kepada perkembangan lingkungan sekitar. Minimal apa yang kita pikirkan bisa membantu orang lain.

Mencintai diri sangat penting, asalkan jangan memelihara pikiran janda. Karena pikiran janda adalah pikiran sesat yang tidak dibutuhkan dalam kehidupan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun