Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamu Berhak Bahagia dalam Kondisi Apapun

22 Desember 2020   10:44 Diperbarui: 22 Desember 2020   10:56 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekurangan perhatian, finansial, kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, rumah tangga yang hampir retak, komunikasi yang tidak baik dengan sesama, tidak menjadi alasan untuk kamu tetap merasa bahagia (Fredy Suni)

Kadar kebahagiaan kamu mestinya tidak dipengaruhi oleh keadaan apapun. Karena kehidupan terus berjalan. Usia kamu makin berkurang menuju batas kehidupan normal manusia, yakni 80-90 tahun. Kecuali kamu melawan hukum semesta dengan menginvestasikan ratusan bahkan ribuan triliun untuk menambah usia hidup anda dengan jalur teknologi, yakni menciptakan robot yang selalu meregenerasi seluruh organ tubuh kamu. Niscaya kan?

Bahagia yang kamu rasakan akan menstimulus (merangsang) orang lain untuk ikut merasakan kebahagiaan. Bahagia tidak didapatkan dengan kelimpahan materi, seks yang memuaskan, karier yang lebih baik, istri yang cantik, suami yang ganteng, anak yang lucu, dll. Memang semua itu adalah kebutuhan manusia. Namun, kamu juga harus mengetahui bahwa manusia tidak pernah puas dengan apa yang diraihnya. 

Nah, berikut penulis mencoba untuk menggunakan,'Teori Hirarki Kebutuhan,' dalam ajaran Psikolog Abraham Maslow. Terutama pada poin kelima, yakni 'Aktualisasi diri.'

Aktualisasi diri. 

Kebutuhan ini tidak melibatkan keseimbangan atau homeostasis, tapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi diri paling maksimal. Artinya orang yang mencapai aktualisasi diri berpusat pada realistis, dapat membedakan yang palsu dan asli. Caranya mencari solusi dari setiap rintangan. Proses lebih penting daripada hasil. (Mohon maaf, karena materi ini penulis dapatkan sewaktu masih menjadi mahasiswa semester pertama, di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang). Jadi, sumber yang penulis gunakan adalah catatan penulis sendiri dari power point dosen saat itu. 

Kebutuhan akan rasa bahagia terletak pada kemampuan kamu dalam mencari solusi di tengah situasi yang tidak memungkinkan seperti kehidupan kita saat ini. Di mana, pandemi Covid-19 tidak menjadi alasan kamu untuk terus memperkaya diri dengan hal-hal positif, yang nantinya akan berguna bagi masa depan kamu. Hal-hal positif seperti, membaca banyak buku, membangun jaringan yang lebih luas dari sebelumnya, mengikuti kursus offline maupun online, berdiskusi, dll.

Selain kemampuan untuk mencari solusi, ada satu hal yang lebih penting untuk mendapatkan kebahagiaan adalah bersyukur. Terkesan sederhana, namun rasa syukur akan meningkatkan daya imun kebahagiaan dalam diri. 

Kemampuan mencari solusi dan bersyukur adalah dua hal yang akan menghantar kamu pada kebahagiaan. Apapun kondisi kamu saat ini, kamu berhak bahagia.

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun