Seks adalah bagian dari kehidupan manusia. Tanpa seks manusia tidak bisa hidup.
Berbicara seks di Indonesia adalah hal tabu. Meskipun kawula muda yang berusia 20-an tahun memiliki libido yang tinggi untuk menikmati seks bersama pacarnya.Â
Dorongan untuk merasakan nikmatnya hubungan seks bersama pasangan di usia 20-an tahun, hampir dialami oleh setiap orang normal.
Melakukan hubungan seks di usia 20-an tahun tidak masalah. Asalkan bisa bertanggung jawab, bila terjadinya pembuahan antara sel sperma dan telur. Lebih baik berbicara jujur, daripada diam-diam terjerumus ke dalam puber kedua yang menjadi topik pilihan terpopuler Kompasiana. Â
Jujur, laki-laki yang memasuki usia 20-an tahun di dalam pikirannya hanyalah tentang seks. Bagaimana bercinta dengan pasangannya? Jangan bilang tidak, jika belum melewati masa ini! Label "pikiran jorok"yang disematkan oleh perempuan kepada laki-laki, barangkali berawal dari usia 20-an tahun. Akibat dari pembicaraan lelaki yang selalu berorientasi pada seks.\
Penulis yakin anda yang sedang atau nanti membaca tulisan ini, pasti melabeli penulis dengan tak etis, tak bermoral. Okeylah, itu terserah penilain anda.Â
Bukankah setiap orang boleh menyampaikan pikirannya secara bebas? Penulis bukanlah orang yang sok suci, maka penulis menuliskan realita yang dialami oleh laki-laki pada usia 20-an tahun. Karena penulis pernah berada pada fase demikian.
Selain fase dorongan seks yang menggebu-gebu di usia 20-an tahun, ada hal lain yang lebih penting daripada seks, yakni pencarian jati diri. Tak jarang, banyak orang menemukan jati dirinya di usia 20-an tahun, setelah menikmati seks bersama pasangannya.Â
Percaya atau tidak percaya, lelaki yang sudah merusak martabat perempuan di usia 20-an tahun akan menyesal seumur hidupnya. Logikanya selalu menjadi superioritas bersama teman, sahabatnya.Â
Tapi, jauh di dalam lubuk hatinya, dirinya menyesali perbuatannya. Stimulus lingkungan sosialnya turut memberikan andil yang besar bagi pertobatan lelaki untuk lebih menghargai perempuan sebagai rekan, sahabat. Bukan menjadikan perempuan sebagai objek kepuasan semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H