Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Bukan Hanya tentang Menulis, tapi...

15 Desember 2020   01:47 Diperbarui: 15 Desember 2020   05:03 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar;Pixabay;

Kebutuhan nutrisi yang cukup untuk tubuh menjadi penyemangat bagi mereka yang menekuni dunia aksara. Menulis dalam keadaan perut kenyang adalah dambaan setiap penulis. Tapi, bagaimana dengan mereka yang menekuni dunia aksara dalam kelaparan?

Menatap kepergian senja, sembari menyeduh secangkir kopi di halaman teras rumah yang berhadapan langsung dengan panorama, keindahan laut, sungguh menyenangkan bagi mereka yang suka menulis.

Desiran ombak laut yang menemani jari-jemari dalam menata, menyusun pikiran, perasaan dalam setiap kata, kalimat lalu membentuk satu paragraf yang nyaman dikunyah, dirasa, oleh penikmat aksara adalah impian setiap penulis. 

Penulis yang baik biasanya taraf ekonominya sudah mapan. Terbukti dari para penulis Kompasiana yang mayoritas adalah orang-orang hebat dalam setiap aspek kehidupan berbangsa. Umumnya Kompasianer (penulis) adalah para pensiunan, pemilik perusahaan, pegawai negeri sipil dll. Asupan nutrisi yang cukup bahkan lebih menjadi senjata mereka dalam mengeksekusi setiap kata yang bernyawa bagi dunia.

Lalu, bagaimana penulis (Kompasianer) yang menulis dalam keadaan takut, cemas, bila isi dompetnya pas-pasan? Padahal mereka memiliki semangat untuk terus menebar karya terbaiknya, namun lagi dan lagi mereka terantuk pada tembok batu yang sama yakni,"ketidakpastian akan hari esok dan lusa mau makan apa?

Ide memang terkadang muncul dalam situasi dan kondisi yang tak terduga. Syukur-syukur, ide tulisan muncul pas dalam keadaan perut kenyang bagi penulis yang masih berjuang di dasar samudera. Huuuuu,,,,,, bila ide muncul pada momen, saat bahagia ini, rasa-rasanya keyboard laptop, Komputer tak bisa menampung ribuan inspirasi.

Sebaliknya, amit-amit deh, bila ide muncul pada saat lapar. Yang terjadi adalah ide brilian itu pergi tanpa meninggalkan bekas, jejak untuk bisa diingat suatu saat nanti.

Hidup bukan hanya tentang menulis, tapi bagaimana kebutuhan akan pangan, papan dan sandang berjalan seirama melodi aksara.

Jangan kau menyimpan kisahku ini

karena aku takut, bila kau akan mengisahkannya kepada dunia

Biarkanlah, aku sendiri yang mengisahkannya kepada kamu

Maka, izinkanlah aku untuk tetap menyukaimu dunia aksara

Timor, 15/12/2020

Fredy Suni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun