Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keadaan Batin (Psikologi) Karyawan di Musim Hujan dan Macet

8 Desember 2020   00:23 Diperbarui: 8 Desember 2020   00:54 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Semangat mencari nafkah untuk keluarga hari ini cukup menguras emosi. Penyebabnya adalah hujan dan macet, 7 Desember 2020. Hati dan pikiran penulis sudah ditata, di desain untuk memberikan yang terbaik di lingkungan kerja, seketika buyar, hilang ditelan oleh amarah, jengkel dikala bunyi klakson, semakin berkejaran di sepanjang jalanan yang macet. Keadaan batin penulis terbagi menjadi dua episode. Episode yang pertama, hilangnya mood untuk meneruskan perjalanan ke tempat kerja. Episode yang kedua, penulis merasa dilema. Dilema antara tugas dan tanggung jawab di lingkungan kerja.   

Tak selamanya hujan membawa berkat bagi manusia. Terkadang hujan membawa musibah bagi setiap orang. Sebagaimana mood penulis yang tak bersahabat dengan keadaan hari ini. Namun, melawan hukum alam adalah jalan menuju batu nisan sendiri. Alias mati kelaparan, bila tak bekerja.

Rasa marah, jengkel kepada bunyi klakson pengemudi mobil dan motor di tengah kemacetan itu sungguh tak menyenangkan. Okelah, kita semua mempunyai tugas dan tanggung jawab di lingkungan kerja, tapi jangan menodai semangat orang lain! Apa sih susahnya memiliki rasa sabar dalam setiap situasi. Sudah tahu macet, tapi tak sabaran. Memangnya, jalanan adalah milik Anda seorang diri?

Keadaan batin penulis pun terbawa ke dalam lingkungan kerja. Di mana, relasi yang setiap hari akrab, nyaman bersama partner/rekan kerja menjadi renggang. Penulis sudah mencoba untuk profesional dalam bekerja. Tapi, superego penulis tak bisa dilawan. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh rekan kerja, semuanya menjadi salah di mata penulis.

Pada akhirnya, dengan adanya pengalaman penulis hari ini, menjadi model pembelajaran bagi pembaca budiman untuk tidak membawa masalah pribadi ke dalam lingkungan kerja. Karena hanya akan menemui masalah bersama rekan kerja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun