Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Pendek Bersama Opa

18 November 2020   22:52 Diperbarui: 19 November 2020   01:00 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keadaan batin (disposisi) setiap orang tua berbeda. Kesempatan untuk mengasihi orang tua hanya sekali. Harta bisa dicari, tapi kehilangan cinta kepada orang tua adalah kesalahan terbesar setiap orang.

Setiap orang tua selalu merindukan kehangatan cinta dari anak dan cucunya. Hidup jauh dari orang-orang tercinta itu sangat menguras emosi, tenaga dan pikiran. Akibatnya, penyakit lupa menjadi sahabat sejati orang tua. 

Penulis berbagi pengalaman dalam mendampingi salah satu pasien (Opa) di Kota Bogor. Tepatnya, Panti Wreda Salam Sejahtera. Selama 6 bulan penulis tinggal sekamar dengar Opa. 6 bulan kami saling berbagi. Awalnya, penulis tidak mengetahui masalah apa yang dialami oleh Opa. Penulis mengiyakan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan oleh salah satu kenalan yang sudah lama merawat Opa di Panti Wreda Salam Sejahtera.

Kisah perjumpaan penulis dan Opa membawa pemahaman yang lebih luas tentang mendampingi Lansia. Selama 6 bulan penulis memahami problem yang dialami oleh Opa, yakni beliau tak rela bila keluarganya menitipkannya di Panti Jompo.

Suatu hari, penulis melihat Opa sedang menangis. Penulis mendekati Opa dan bertanya, Mengapa Opa menangis?"

"Opa tak terima hidup seperti ini! 

"Mengapa anak-anak Opa meninggalkanku? Padahal, dulu Opa masih kuat, apa pun mereka minta, Opa selalu tepatin. Tapi, kenapa sekarang mereka memasukkan Opa di dalam penjara ini? Penulis hanya bisa mendengar dan tak sadar, air mata penulis juga berjatuhan. Penulis merasa kasihan dengan disposisi/keadaan batin yang opa rasakan bila tinggal jauh dari keluarganya.

Opa ingin kembali ke rumah! Suara Opa memecah kesunyian, Penulis langsung menghubungi anaknya. Mereka pun melepas kangen via telepon.

Setiap hari penulis selalu mengajak Opa untuk sharing masa lalunya. Tujuannya adalah penulis ingin kesedihan Opa terobati dengan adanya cerita masa lalunya. Penulis tak menggunakan teori psikologi dalam mendampingi Opa. Penulis hanya bermodalkan cinta dan menjadi pendengar setia. 

Cinta dan pendengar setia adalah jembatan bagi penulis untuk semakin akrab dengan Opa. Maklum, Opa susah untuk mempercayai orang lain. Hal ini terlihat dari tingkah laku Opa yang tak mau membuka pintu kamarnya. Kecuali, penulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun