Demokrasi hanya dipakai untuk menggemukan perutnya setiap partai. Partai adalah lambang timbunan kekayaan yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang ada di dalam lingkarannya.
Sementara, rakyat kecil tak berani mencicipi roti bangsa. Karena rotinya sudah diambil dan disimpan di negara-negara lain yang jauh lebih aman dalam menimbun kekayaan bangsa.
Tragedi kemanusiaan ini sangat mencemaskan pohon kelanggegan/keharmonisan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa ke depan. Bila kita tak menyadari konspirasi ini, jangan kaget akan ada banjir darah di setiap pelosok negeri. Karena konspirasi segelintir orang yang dikemas dalam narasi-narasi media semakin melemahkan kondisi psikologis rakyat yang terpinggirkan.
Nah, untuk mengantisipasi banjir darah antar sesama bangsa, kita menerapkan beberapa langkah di bawah ini.
1. Adanya Kepekaan
Peka berarti kita harus berani melihat dan mengamati setiap peristiwa/fenomena bangsa dalam terang iman. Karena dalam iman, kita selalu yakin dan percaya akan rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air.Â
2. Jangan Mudah Terprovokasi
Kelemahan kita orang Indonesia adalah  salah kaprah akan setiap pemberitaan media massa. Padahal, setiap pemberitaan media massa itu semuanya tak benar adanya.
Sebagian media massa dikuasai oleh segelintir orang yang memiliki modal, sehingga media tunduk pada pemilik modal. Kita harus membedakan berita yang sudah tervalidasi atau hanya sebatas rumor/wacana subjektif akan sebuah fenomena.
3. Memiliki Darah Pancasila
Jangan mengaku orang Indonesia, bila belum menerima segala perbedaan. Darah Pancasila berarti menghargai segala perbedaan. Karena perbedaan itu indah. Keindahan Pancasila terletak pada satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.