Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Nafsu Itu Masuk dan Keluar Melalui Pintu Awal

16 Oktober 2020   23:44 Diperbarui: 16 Oktober 2020   23:52 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nafsu adalah bagian dari kehidupan. Anda akan terperanjak, terbelalak saat membaca judul tulisan ini. Wajar sebagai manusia yang terlahir dari nafsu. Nafsu itu datang dari mata lelaki, lalu turun ke alam imajinasi dan mendarat di hasrat untuk memiliki. Sementara, nafsu dalam perempuan itu melalui sentuhan rasa nyaman dari dalam hati lalu menyejarah bersama indahnya kehidupan.

Di sini saya bukan membahas nafsu yang berkaitan dengan seks dan seksualitas. Karena seks dan seksualitas itu berbeda makna. Seks adalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sementara, seksualitas itu adalah yang berkaitan dengan segala dimensi kehidupan sosial dan budaya. Pembahasan saya menyangkut keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kebutuhan Sandang, Pangan dan Papan adalah tiga hal yang berkaitan erat. Layaknya handphone dan kuota internet. Sejauh interpretasi saya mengenai segala fenomena di lingkungan kerja, saya menemukan kejanggalan bagi seorang pencari kerja/jobseeker. Di mana, mereka bernafsu untuk segera bekerja. Mereka melamar ke berbagai lowongan yang tersedia secara daring. Maupun dari mulut ke mulut. Seperti para sales yang menawarkan jasanya kepada customernya.  Ada yang berhasil diterima kerja. Ada yang belum beruntung. Bagi yang sudah bekerja masuk melalui pintu secara manusiawi. 

Setelah sekian lama bekerja, ada yang keluar. Karena tiada kecocokkan pekerjaan dengan ekspektasi. Mereka keluar tanpa melalui pintu awal. Karena nafsu untuk menerima pekerjaan di tempat lain. Mereka keluar begitu saja. Tanpa berterima kasih kepada pemilik perusahaan. Bahkan lebis sadis, mereka menjelekkan atasan mereka di tempat kerja yang baru.

Fenomena ini sangat riil/nyata di dalam keseharian kita. Bila kita meninggalkan pekerjaan lama, alangkah lebih baiknya kita membangun komunikasi yang baik dengan atasan. Karena tiada masalah tanpa solusi. Intinya adanya keterbukaan.

Terbuka berarti kita melatih diri untuk lebih dewasa dalam berkata dan bertindak. Terbuka juga berarti kita siap memperbaiki dan meng-upgrade diri dengan segala kemungkinan yang terjadi di era digital ini. Atau dalam bahasa kerennya adalah "adaptasi." Adaptasi adalah proses di mana kita menghargai nafsu awal kita bekerja. Nafsu/motivasi awal kita bekerja adalah menghidupi diri sendiri, keluarga dan orang tua. Namun, apa boleh buat, bila kita bernafsu meninggalkan pekerjaan, hanya karena masalah mis-komunikasi.

Mencintai proses di dunia kerja itu butuh kesabaran ekstra. Kita harus mampu mengendalikan hasrat untuk menguasai orang lain. Karena sesama adalah bagian dari diri kita. Oleh karena itu, saling menjaga itu adalah pintu relasi abadi. Walau pun kita hanya numpang bersua di tempat kerja seminggu, sebulan bahkan setahun

Pixabay;
Pixabay;

Intinya adalah kita masuk dengan cara yang baik, kita keluar pun dengan cara yang baik. Agar kita jangan menciptakan duri dalam perjalanan kita bersama orang lain. Inilah makna dari judul tulisan di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun