Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penjara Tua

3 Oktober 2020   22:53 Diperbarui: 3 Oktober 2020   23:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabut malam kembali membungkus bulu kudukku. Aku takut akan suara misterius di salah satu penjara tua yang ada di kampung Cogito. Cogito berada di desa Ergo, provinsi Sum.

Rakyat Cogito selalu diteror dengan suara misterius di balik penjara tua. Penjara tua itu konon adalah tempat pembantaian massal warga asing yang kalah dalam perang. Sebut saja mereka adalah tawanan perang. Pembantaian massal ribuan orang asing di penjara tua itu, serupa pembantaian massal ras Yahudi dan minoritas di Jerman zaman kejayaan Nazi.

Aku merasa penasaran dengan jeritan suara di dalam penjara tua itu. Aku memutuskan untuk mencari tahu, apakah itu hanya berupa mitos yang sudah menjadi cerita legenda antar generasi Cogito?

Senja membutuhkan sore untuk menemaninya. Sementara aku membutuhkan banyak referensi sebelum pergi ke penjara itu. Sementara aku menggadaikan jiwaku di angkasa, aku dikagetkan dengan kedatagan seorang kakek berjenggot putih. Jenggot putihnya melambangkan keangkuhan dan keganasan di balik usianya. Aku memberanikan diri untuk meminta bantuan. Tapi, ada seseorang yang menghentikan pembicaraanku. Orang itu tak kelihatan. Barang kali arwah gentangan atau penghuni penjara tua itu.

Aku berusaha untuk sugesti bahwa semuanya baik-baik saja. Tapi, semakin lama aku merasakan aura-aura keganasan, kebengisan yang dipenjara  dalam jiwa kakek berjenggot putih. Aku merasa dihipnotis dengan perjumpaan tak kasat mata bersama kakek berjenggot putih itu. Karena semua itu hanya dalam mimpi.

Esok paginya, aku mengumpulkan tekad untuk mendatangi penjara tua pada malam hari. Aku ingin memastikan bahwa suara misterius di balik penjara tua hanya ilusi masyarakat Cogito. 

Aku menggunakan logika rasional ala Eropa. Di mana logika yang memandang segala sesuatu ada kebenenaran. Termasuk kebenaran dari mitos dan cerita-cerita klasik setiap peradaban.

Langit semakin gelap, aku mendatangi penjara tua tanpa sepengetahuan penduduk Cogito. Ketika aku memasuki halaman depan penjara tua, ada pohon beringin besar yang menerima kedatanganku. 

Sembari aku merasa was-was akan penjara alam bawah sadarku. Karena aku sudah didoktrin oleh penduduk Cogito untuk tak datang sendirian ke dalam penjara. 

Ketika aku membuka salah satu pintu penjara, ada seorang kakek yang berusaha menjegalku. Karena kakek itu tak mau rahasia penjara diketahui oleh aku dan dunia. 

Anehnya, kakek itu entah hilang di bawah gelapnya malam. Aku berusaha untuk keluar dari penjara itu. Tapi, aku tersesat di dalam penjara. Karena aku tak menemukan pintu keluarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun