Media itu tak adil. Keadilan tak diperjuangkan. Sisi kemanusiaan porsinya tak sebanding dengan politik, selebritis dan perselingkuhan figur publik/seniman. Sebenarnya ada apa?
Jutaan anak jalanan terlantar di pinggir trotoar, emperan tokoh, kolom jembatan, dan tempat umum lainnya. Media seolah menutup mata dengan kondisi psikologis anak jalanan. Media hanya berpusat pada politik. Padahal politik telah melahirkan jurang pemisah dan pengkotak-kotakan manusia berdasarkan ideologi, ras, budaya, dan bahasa.
Anak jalanan merana, menjerit, minta bantuan untuk bertahan hidup. Namun, hanya segelintir orang yang membuka hatinya untuk membantu. Sementara jutaan kaum intelektual mengisolasi diri dalam kenyamanan.Â
Terkadang kesalahan dimanipulasi menjadi kebenaran mutlak. Sementara, kebenaran dimanipusi menjadi kesalahan. 'Bullshit' adalah kata yang tepat untuk menggambarkan manusia negeri ini.
Bagaimana bangsa dan negara kita maju, jika tidak ada kerja sama? Mari kita bertanya pada rembulan malam. Barang kali ada jawaban. Dunia memang dipengaruhi oleh perang antara kebaikan dan kejahatan. Tapi, kejahatan selalu mengalahkan kebaikan. Â Begitulah cara kerja uang yang telah mengasingkan manusia dari kodratnya.
Kaum intelektual menyembah materi. Layaknya kaum sofis Yunani kuno yang selalu menjual pengetahuan demi mencari keuntungan materi. Mereka mengorbankan kebenaran dan keadilan demi keuntungan finansial.Â
Apakah cara kerja media sekarang seperti hal demikian? Mungkin. Karena kita kaum awam yang berada jauh, sejauh pandangan mata kita tentang ketidakadilan di negeri ini.
Mengapa pemberitaan media selalu melebih-lebihkan politik? Tapi, meminimalisir pemberitaan yang berkaitan dengan anak jalanan dan ketidakadilan yang dialami oleh rakyat kecil.Â
Entahlah, karena kita tidak punya kepentingan apa pun. Inilah penjara rakyat kecil, bila media dikuasai oleh hukum industri pasar. Karena media sekarang hanya mengikuti penguasa pasar. Inilah salah satu bentuk kelemahan, bila media dikuasai oleh pemilik pasar.
Harapan kita semua adalah semoga media kembali kepada kompas awal berdirinya.Â