Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Membakar Harga Diri

22 Agustus 2020   21:38 Diperbarui: 22 Agustus 2020   22:48 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secangkir kopi hangat telah menemani saya dalam menyaksikan kebakaran gedung Kejaksaan Agung Jakarta barusan melalui layar Televisi. Hari Jumat, 22 Agustus 2020, pukul 21.00 WIB. Saya sekadar menelaah fenomelogis sosio politik bangsa Indonesia yang sedang pincang.

Kebakaraan gedung Kejaksaan Agung Jakarta bagi kami rakyat biasa adalah hal yang tak masuk akal.

Mengapa? Karena kami sebagai rakyat menilai bahwa kebakaran demikian mungkin realisasi dari salah satu mega proyek yang arsipnya masih tersimpan rapi di dalamnya.

Konspirasi adalah kata yang tepat bagi kami untuk menggambarkan peristiwa demikian. Kebakaran merupakan peristiwa yang tak terduga. Akan tetapi, kami rakyat biasa melihat adanya sistem jaringan yang tak beres. Ada apa dibalik kebakaran itu?

Ruang publik hanya dijadikan sebagai tempat pertunjukkan para publik figur yang semakin mengaburkan makna human interest saat ini. Masalah sekarang bukan hanya beretorika di dalam ruang publik, tapi bagaimana kami rakyat biasa bisa makan dan beraktivitas seperti biasanya.

Pengaburan makna sosio politik yang menafikan rahasia terselubung dibalik peristiwa kebakaran gedung Kejaksaan Agung Jakarta, tak lain adalah sejenis permainan para publik figur dalam menjaga rahasia dan harga dirinya. Mereka tak mau jika harga dirinya diketahui oleh rakyat.

Oleh karena itu, jalan yang paling mudah adalah melenyapkan segala jenis berkas. Otomatis jejak konspirasi ikut sirna bersama si jago merah.

Kemungkinan selepas ini ada pesta senyuman di salah satu tempat yang sudah disediakan oleh mereka. Sementara wacana terus menghiasi setiap ruang publik. Kondisi psikologis rakyat terus dibombardir dengan beragam retorika.

Kami rakyat biasa hanya menunggu waktu untuk membuktikan segala jenis kebusukan yang terselubung di sudut-sudut kota. Teruslah bermain dengan kebohongan. Maka suatu saat kebohongan akan mempermainkan kamu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun