Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Upgrade Pengetahuan di Tengah Revolusi Industri 4.0

16 Agustus 2020   15:34 Diperbarui: 16 Agustus 2020   15:42 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay

Istilah revolusi industri 4.0 pertama kali saya dengar dari Profesor Armada Riyanto, selaku Rektor dan dosen filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. 

Beliau mengatakan kepada kami mahasiswa yang dungu/bodoh, kalau kalian hanya datang untuk tidur, dan tidak mendapatkan apa-apa, mendingan kalian tidak perlu kuliah! Karena potensi ruang kuliah adalah mempersiapkan diri untuk mencari ilmu dalam menghadapi era industri 4.0.

Saya terkesima dengan ucapan beliau. Lalu apa itu revolusi industri 4.0? Mari kita gunakan metode saya dalam mempelajari sesuatu yakni, "Sersan yang berarti serius dan santai."

Kita mengenal revolusi industri 1.0 yang berkaitan dengan listrik. Revolusi industri 2.0 yang berkaitan dengan mesin. Revolusi industri 3.0 yang berkaitan dengan komputer.

Sementara, revolusi industri 4.0 berkaitan dengan sistem jaringan internet. Ribuan jaringan nirkabel internet di tanam di dasar laut. Jaringan nirkabel internet telah menghadirkan kegelisahan dalam kehidupan manusia. Terlepas dari manfaatnya.

Kehadiran industri 4.0 secara perlahan mengasingkan manusia dari lingkungan sosial, pekerjaan, percintaan dll. Setiap orang bebas mengekspresikan diri dalam dunia maya. Orang yang jauh serasa dekat. Sementara, orang yang dekat dijauhkan martabatnya. Sadisme adalah istilah yang tepat untuk zat adiktif jaringan internet yang telah melemahkan psikologi manusia dewasa ini.

Sebagai contoh kontekstualnya adalah kehadiran virus corona. Kita sadar atau tidak ini adalah peralihan menuju revolusi industri 4.0. Di mana banyak perusahaan yang memilih jaringan internet untuk mengoperasikan SOP-nya.

Mereka yang telah mengupgrade diri sebelum kehadiran virus corona tersenyum sumringah dan enjoy dengan keadaan sekarang. Sementara, yang masih dipenjara oleh kejayaan masa lalu terus terlelap dalam kejayaannya.

Akibatnya, merekalah yang menjadi korban. Karena mereka belum siap untuk menerima perubahan industri 4.0. Banyak perusahaan sekarang yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin. Tenaga manusia hanyalah perantara untuk mengoperasikan komputer dan sistem jaringannya.

Tidak ada kata terlambat untuk mengupgrade diri. Karena waktu terus berputar dengan algoritma google. Cara terbaik untuk mengupgrade diri adalah banyak membaca, mengembangkan skill, belajar otodidak serta membangun relasi dan komunikasi yang baik dengan semua orang. Karena rezeki selalu datang melalui pintu belakang tanpa diduga.

Menemukan passion adalah jalan menuju masa depan yang cerah. Karena melalui passion segala hal yang kelihatan tak mungkin akan menjadi mungkin. Orang yang sok tahu adalah pribadi yang terus memelihara kepintarannya. Sementara, orang yang tidak tahu apa-apa adalah pribadi yang selalu mengupgrade diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun