Mohon tunggu...
Inno Susanto
Inno Susanto Mohon Tunggu... -

senang baca ... pengin nulis ...

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

"Bahasa" Apakah yang Dipahami Bayi dalam Kandungan?

3 April 2011   01:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh. Jangankan yang masih di dalam kandungan, yang sudah lahir pun kita mengalami kesulitan untuk mengajaknya berkomunikasi. Walaupun sebagian besar di antara kita tidak yakin apakah bayi di dalam kandungan memahami “bahasa”, tetapi faktanya banyak Ibu-ibu hamil yang mengajak bayinya “berbicara”. Para dokter pun menganjurkan agar sering “melibatkan” bayi dalam pembicaran antara ayah dan ibu. Tujuannya tentu saja agar ada kedekatan emosi antara bayi dan sang ibu, termasuk ayah dan anggota keluarga lainnya. Banyak yang melaporkan hasil-hasil positif atas proses mengajak bayi “berbicara” ini. Selain itu sering pula diperdengarkan musik klasik, terutama Mozart, kepada bayi dengan tujuan merangsang pertumbuhan otak (kognitif) bayi. Tetapi apakah kedua usaha ini sudah maksimal untuk merangsang pertumbuhan otak (kognitif) bayi? Apakah bayi betul-betul memahami “pembicaraan” Ibu dan kompleknya nada musik klasik? Sebetulnya tidak, karena pembicaraan dan musik klasik bukan “bahasa” yang dipahami bayi. Pembicaraan dan musik klasik mungkin akan membantu dari sisi emosi tetapi kurang dalam hal pengembangan kognitif bayi kita. Lalu apa “bahasa”  yang dipahami bayi yang belum lahir sebenarnya? Berdasarkan penelitian 25 tahun lebih yg dilakukan oleh Dr. Brent Logan, ternyata satu-satunya “bahasa” yg dipahami oleh bayi adalah “bahasa” detak jantung ibu (maternal heartbeat). Setiap hari, 24 jam non stop, selama 9 bulan 10 hari, suara detak jantung ibu adalah suara yang selalu didengar oleh bayi. Suara yang terdengar terus menerus ini tentu saja tertanam (imprint) pada bayi dan ternyata bayi pun bereaksi terhadap suara sejenis. Suara yang sederhana dan berulang. Berdasarkan hal ini, Dr. Brent Logan menciptakan BabyPlus, sebuah alat edukasi auditori yang mirip dengan suara detak jantung ibu akan tetapi berbeda dalam intensitas dan kecepatannya yang naik secara bertahap. Ada 16 variasi suara (kurikulum) yang berbeda dari BabyPlus. Penggunaan BabyPlus ini akan merangsang otak bayi untuk belajar membedakan suara detak jantung Ibu dan suara BabyPlus. Efeknya tentu saja positif bagi perkembangan otak bayi dimana mengurangi ketidakberkembangan sel-sel syaraf, sehingga tidak heran apabila bayi-bayi BabyPlus memiliki tingkat intelektualitas yang baik. Bukan hanya efek intelektualitas tetapi juga efek emosional bayi menjadi baik. Hal ini terjadi karena ketika Ibu menggunakan BabyPlus secara rutin (2 kali sehari masing-masing 1 jam), bayi akan beraksi dan mengantispasi sesi penggunaan BabyPlus ini, misalnya dengan bergerak (baca: menendang) sehingga terbentuklah “komunikasi” antara Ibu dan bayi. “Komunikasi” yang rutin ini akan meningkatkan kedekatan emosi Ibu dan bayi. Nantinya ketika bayi dilahirkan, maka bayi akan memiliki tingkat emosi yang baik, tidak mudah rewel dan mampu bekonsentrasi atau fokus lebih lama dibandingkan rata-rata bayi yang lain. So your baby can learn even before born ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun