Permasalahan pengelolahan limbah rumah tangga masih banyak ditemukan di Indonesia. Menurut riset Sustainble Waste Indonesia baru-baru ini, ada sebanyak 24 persen sampah belum dikelola dengan baik. Artinya ada sekitar 65 juta ton sampah diproduksi di Indonesia, 15 juta ton mencemari ekosistem dan lingkungan yang tidak terjaga, sampah di daur ulang sekitar 7 persen dan 69 persen sampah ada di (TPA) Tempat Pembuangan Akhir. Salah satu contoh dari sampah tersebut adalah limbah rumah potong unggas, memotong unggas dapat menimbulkan gas yang berbau menyengat, bau tersebut berasal dari unsur nitrogen dan sulfida dalam limbah pemotongan unggas seperti cairan pencuci ayam, kotoran ayam, limbah usus ayam, dan darah. Karena selama reaksi dekomposisi aerob (tanpa kecukupan pengelolaan aerasi) akan terbentuk gas hidrogen sulfida (H2S) dan gas amonia (NH3) nitrit yang bau. Bau tersebut menyebabkan udara sekitar tercemar.Â
Kepala, kulit, ceker, ampela, hati, dan usus merupakan hasil sampingan yang dijual terpisah kepada pedagang di pasar tradisional. Darah dan bulu termasuk limbah yang mempunyai manfaat sebagai makanan ternak, dan bernilai tambah. Terdapat juga dampak negatifnya, usus ayam dan darah jika dibuang sembarangan dapat mencemari udara dan tanah. Pemerintah belum punya penyelesaian untuk limbah unggas tersebut, untuk mengatasi ini maka limbah tersebut menjadi sumber makanan maggot untuk mempercepat penguraiannya.Â
Black Soldier Fly atau Maggot termasuk salah satu pengelolah sampah organik dengan Teknik biokonversi. Karena maggot memiliki kandungan nutrisi, sampah organik dapat dirombak oleh maggot untuk dapat digunakan untuk hal yang berguna lainnya. Menurut Prof. Dr. Nahrowi, Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) Institusi Pertanian Bogor (IPB), penilitian telah dilakukan sejak tahun 2009 dan masih berlanjut hingga sekarang sampai tahap pembuatan konsentrasi protein, kitin dan lemak dari maggot. Dengan hal ini dapat megefisienkan dan mengoptimalkan nutrisi untuk pakan unggas berasal dari maggot. Prof, Nahrawi juga pernah meneliti ulat Hongkong untuk pakan alternatif, karena ulat Hongkong yang langka dan harganya mahal, ulat Hongkong sulit dikembangbiakkan lebih banyak.Â
Dalam penanganan masalah pengolahan limbah rumah potong unggas tersebut adalah menggunakan pakan alterantif pengganti ransum ternak dari maggot yang megolah limbah rumah potong unggas. Serta perlu kajian ulang tentang maggot sebagai agen pengurai limbah dari rumah potong unggas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H