[caption caption="Gedung DPRD Jambi yang tertutup untuk rakyat"][/caption]Dalam dua minggu terakhir ini saya merasa kesal melihat Gedung DPRD Propinsi Jambi. Pasalnya halaman gedung DPRD yang biasanya setiap hari minggu ramai dikunjungi rakyat untuk beragam kegiatan seperti olah raga, berjualan, dan wisata keluarga, Hari Minggu kemarin sudah tertutup rapat.
Dua minggu kemarin juga sebenarnya halaman gedung ini sudah tertutup, tapi di pintu sebelah utara Pol PP masih membuka sedikit pintunya untuk pejalan kaki yang ingin beraktivitas di halaman gedung. Selain itu di pintu timur ada celah kecil yang bisa dilewati oleh orang yang tidak terlalu gemuk, sehingga bisa jadi akses alternatif untuk memasuki halaman gedung yang diperoleh dari hasil pajak rakyat juga. Tapi minggu terakhir semua akses tertutup sudah, pintu sebelah utara tak lagi dibuka sedangkan celah di pintu sebelah timur sudah ditutup.
Saya pun heran sejak kapan Gedung DPRD yang berada di dalam Komplek Perkantoran Gubernur (Gubernuran) Jambi ini, dipagar keliling dengan pagar yang terlihat sangat kokoh dan cukup tinggi seperti itu. Padahal kantor-kantor lain di dalam komplek itu tidak berpagar seperti gedung DPRD, bahkan kantor gubernur sekalipun. Di kantor gubernur, setiap Hari Minggu masyarakat bisa menikmati taman, bahkan duduk santai di teras depan. Saya tidak tahu sejak akan proyek pembuatan pagar itu dimulai, karena sejak kabut asap saya “cuti” olah raga di gubernuran, dan baru dua minggu lalu saya mulai kembali berolahraga di sana dan sambut rasa kecewa.
Menurut saya pagar itu memang nggak perlu, karena pagar keliling Komplek Gubernuran saja sudah sangat kokoh. Saya sih agak curiga, pagar ini dibuat bukan untuk kebutuhan sesuai fungsinya, tetapi hanya upaya untuk ngabis-ngabisin anggaran dan bagi-bagi proyek saja. Saya juga curiga proyek sekitar tiga atau empat tahun lalu renovasi gedung ini juga motifnya sama, karena menurut saya gedung ini masih sangat kokoh dan terlihat keren. Sudah jadi rahasia umum banyak proyek yang setelah peresmiannya, bukannya mendapat apresiasi tetapi justru menimbulkan cacian dan sumpah serapah dari rakyat. Coba saja proyek-proyek renovasi yang belum dibutuhkan seperti itu dialihkan untuk renovasi rumah-rumah rakyat miskin, pasti si penerima akan sangat berterimakasih. Rakyat yang lain akan memberi apresiasi dan bangga melihatnya, ribuan do’a pun akan terucap bagi rakyat dan pejabatnya. Para senator pun kalo nyalon lagi Insya Allah dipilih kembali, dan kalo meninggal nanti pun Insya Allah masuk surga, bukan sebaliknya.
Tapi sudahlah saya nggak ngerti proyek, saya nggak ngerti anggaran. Kalo ada yang paham silahkan saja kalo mau “mendiskusikannya”, kepentingan saya disini hanya olah raga. Kalo saya sampe ngomel ke arah sana itu hanya bentuk kekesalan saya saja sebagai rakyat yang bayar pajak. Saya lumayan tahu perkembangan pembangunan kantor-kantor gubernuran karena lebih dari 10 tahun, saya hampir rutin berolahraga setiap akhir pekan di sana. Dan kebetulan gedung DPRD tepatnya di teras pintu utama, adalah meeting point saya bersama keluarga. Biasanya isteri saya ikut senam masal, sedangkan saya jogging di lapangan gubernuran. Siapa yang selesai duluan nunggu di sana, bahkan kalo dulu parkir motor saya pun di depan teras gedung DPR, tapi sekarang udah diatur nggak boleh lagi parkei di sana. Kalo diatur nggak apa-apa, bagus, tertib jadinya. Tapi kalo dilarang, WUIHHH… EUNEGH BANGET GUE.
Saya sebenarnya, lumayan salut dan bangga dengan Komplek Gubernuran yang dimiliki Jambi yang setiap akhir pekan terbuka untuk umum. Menurut bapak pembina senam, sudah lebih dari 25 tahun ia membuka senam setiap akhir pekan disana. Sudah cukup lama memang, dan wajar jika rakyat cukup bangga dengan hal itu, karena di tempat lain belum tentu komplek perkantoran melakukan “open house” setiap akhir pekan. Di beberapa daerah lain konon baru mulai, Jakarta katanya sedang dipertimbangkan. Di Bandung yang mungkin udah maju, di sana bahkan halaman kantor seperti bank pun terbuka diakhir peckn bahkan sampe malam.
Nah, di Gubernuran Jambi tradisi ini sudah berlangsung cukup lama. Di sana rakyat biasa bisa berolahraga, wisata keluarga, mejeng, nyantai, selfie-selfie, berburu sarapan, berkreasi, mencari inspirasi, bahkan mencari nafkah, dan tentu saja ada putaran uang dan ekonomi kerakyatan yang tumbuh disana setiap akhir pekan. Berbagai macam ekonomi kreatif hasil karya rakyat Jambi dijajakan disana. Anak-anak muda dengan berbagai identititasnya pun ikut unjuk kreatifitasnya di sana. Mereka saling berlomba untuk tumbuh, maju dan kreatif. Apakah ini bukan sesuatu yang keren?
Ada ribuan orang yang datang setiap akhir pekan di Gubernuran, dan kalo pemerintah jeli harusnya ini jadi potensi. Karena gini ya, bukan hanya pedagang kecil yang cari nafkah di sana tetapi juga tak sedikit korporasi yang memanfaatkan peluang itu untuk berbisnis di sana, setidaknya untuk promosi dan pameran gratis. Bukan saja penjual tahu, kacang, mainan anak-anak dan batu cincin saja berjualan disana. Korporasi besar seperti perusahaan mobil, motor, telekomunikasi, barang elektronik, bank, asuransi, berdagang atau promosi di sana. Nah tinggal ini diatur dengan baik supaya manfaatnya bisa dirasakan oleh semua. Jangan mereka dibiarkan bergerak sendiri-sendiri, hingga tatanannya nggak nyaman bagi pengunjung.
Nah bagi DPR ini pun potensi. Ada ribuan konstituen yang berkunjung kesana tanpa susah-sudah anda undang dengan harus nanggap orgen tunggal dan biduan danggut. Mereka datang sendiri, dan anda meskinya bersosialisasi dan berinteraksi dengan konstituen di sana. Bisa sambil senam, sambil jogging, sambil maen bola, pokoknya bisa semua deh. Gali aspirasi di sana, bumbui pake kampanye untuk pemilu berikutnya juga nggak apa-apa, menurut saya halal, masyarakat bisa masih masukan terhadap program yang anda rancang. Kalo mau tambah sodaqoh berupa aqua gelas dan atau bubur kacang juga, beughhh… Pokoknya tambah mantap deh, ribuan do’a untuk anda masuk sorga kelak. Bukan dengan money politic serangan fajar pas saat pemilu, itu bisa bikin anda masuk penjara bahkan masuk neraka. Pokoknya bikin dah yang kreatif dari rakyaknya.
Nggak cuma DPR pemerintah juga. Apalagi Jambi udah punya gubernur yang ganteng dan aktor. Tiap minggu bisa bikin teater atau malah sinetron di sana. Gubernurnya yang jadi pemeran utrama sekaligus sutradaranya, kan keren tuh. Tapi untuk acara rakyat yah bukan untuk komersil. Kalo untuk komersil nanti DPR sama rakyatnya malah marah.
Ohya, tiap Hari Minggu tu nggak lama kok ramenya. Biasanya jam 5.30 baru pada datang. Puncak ramenya dari jam 6 sampe jam 8, jam 9 biasanya udah sepi. Jadi bagi para pejabat yang merasa istirahat akhir pekannya terganggu, saya kira kalo cuma 2 sampe 3 jam bisa disiasatilah. Apalagi ini untuk rakyat.